Mohon tunggu...
Syaiful W. HARAHAP
Syaiful W. HARAHAP Mohon Tunggu... Blogger - Peminat masalah sosial kemasyarakatan dan pemerhati berita HIV/AIDS

Aktivis LSM (media watch), peminat masalah sosial kemasyarakatan, dan pemerhati (berita) HIV/AIDS

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Semua Pengidap Penyakit ‘Berkeliaran’

4 Agustus 2011   22:13 Diperbarui: 26 Juni 2015   03:05 185
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ratusan Pengidap HIV/AIDS Berkeliaran di Bali.” Ini judul berita di republika.co.id (2/8-2011). Pengaitan kata ‘berkeliaran’ dengan odha (orang dengan HIV/AIDS) merendahkan martabat dan harkat manusia karena kata itu hanya pantas dipakai untuk binatang.

Lagi pula tidak jelas siapa yang dimaksus ‘berkeliaran’ karena orang-orang yang sudah terdeteksi mengidap HIV/AIDS sudah berjanji akan menghentikan penyebaran HIV mulai dari dirinya.

Maka, yang ‘berkeliaran’ tidak saja odha tapi semua orang yang mengidap penyakit menular. Bahkan, ada penyakit menular yang menular melalui keringat dan udara. Sedangkan HIV tidak menular melalui keringat dan udara.

Terkait dengan HIV/AIDS yang menjadi mata rantai penyebaran HIV adalah orang-orang yang sudah tertular HIV tapi tidak terdeteksi. Mereka pun tidak menyadari dirinya sudah mengidap HIV karena tidak ada tanda-tanda yang khas AIDS pada fisik mereka sebelum mencapai masa AIDS (antara 5-15 tahun setelah tertular HIV).

Disebutkan, Komisi Penanggulangan AIDS (KPA) Prov Bali mencacat dari Januari sampai Mei 2011 terdeteksi 395 kasus HIV/AIDS di seluruh wilayah Pulau Dewata. Dengan tambahan ini maka kasus kumulatif HIV/AIDS sejak tahun 1987 sampai Mei 2011 mencapai 4.464.

Menurut Ketua Pokja Pencegahan Promosi dan Hubungan Masyarakat, KPA Bali, Prof Mangku Karmaya: “ …. jumlah penderita penyakit mematikan itu masih didominasi oleh kaum laki-laki.” Rinciannya adalah 3.054 laki-laki dan 1.410 perempuan.

Angka itu seakan-akan tidak bermakna. Padahal, kalau dikaitkan dengan penyebaran HIV maka di Bali ada 3.054 mata rantai penyebaran HIV. Kalau mereka ini mempunyai 1 pasangan seks saja, maka sudah ada 3.054 perempuan yang berisiko tertular HIV. Jika ada di atara mereka yang menjadi pelanggan pekerja seks komersial (PSK), maka PSK yang tertular HIV akan menularkan HIV kepada laki-laki pelanggannya yang lain.

Disebutkan pula: ” .... mengidap penyakit yang belum ditemukan obatnya sampai sekarang itu ....”

Jika yang dimaksud obat AIDS, maka sampai kapan pun tidak akan ada obat AIDS karena AIDS bukan penyakit. AIDS adalah suatu masa ketika sistem kekebalan tubuh odha berada pada tahap tertentu yang diukur dengan CD4 (diketahui melalui tes darah odha). Jika CD4 sudah di bawah 200 sel/mm3 kondisi tsb. masuk masa AIDS (Primary AIDS Care, Dr Clive Evian. Jacana Education.2000).

Sedangkan untuk HIV sebagai virus sekarang sudah ada obat antiretroviral (ARV) yang bisa menekan laju perkembangan HIV di dalam darah. Seperti diketahui HIV menggandakan diri pada sel-sel darah putih manusia (sistem kekebalan tubuh). Sel-sel yang dijadikan HIV sebagai ’pabrik’ rusak. Virus baru akan mencari sel darah putih lain sebagai ’pabrik’. Begitu seterusnya sehingga sistem kekebalan tubuh turun.

Dengan meminum ARV seorang odha akan bisa hidup seperti layaknya orang yang tidak mengidap penyakit karena sistem kekebalan tubuhnya tetap terjaga. ***[Syaiful W. Harahap]***

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun