Mohon tunggu...
Syaiful W. HARAHAP
Syaiful W. HARAHAP Mohon Tunggu... Blogger - Peminat masalah sosial kemasyarakatan dan pemerhati berita HIV/AIDS

Aktivis LSM (media watch), peminat masalah sosial kemasyarakatan, dan pemerhati (berita) HIV/AIDS

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

RSUD Pacitan Menolak Merawat Odha karena Tidak Ada Ruangan Khusus

15 Maret 2011   07:24 Diperbarui: 26 Juni 2015   07:46 309
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Entah apa yang ada di benak wartawan sehingga mereka selalu mengaitkan HIV/AIDS dengan kemaian, maut, moral, dll. Coba lead berita ini: ”Jumlah penderita HIV/AIDS di Pacitan terus bertambah. Yang terbaru, seorang warga Kecamatan Ngadirojo dipastikan mengidap penyakit maut tersebut.” (Hamil 8 Bulan Kena HIV/AIDS. Kini Penderita 28 Orang, ”Radar Jogja”, 15/3-2011).

Disebutkan ‘dipastikan mengidap penyakit maut tersebut’. Yang menyebabkan kematian pada Odha (Orang dengan HIV/AIDS) bukan HIV (virus) dan AIDS (kondisi), tapi penyakit-penyakit yang ada pada masa AIDS (setelah tertular anrara 5-15 tahun), seperti diare, TB, dll.

Menurut Hendra Purwaka, Kabid Pemberantasan Penyakit dan Penyehatan Lingkungan (P2PL), Dinas Kesehatan Kab Pacitan, Prov Jawa Timur, orang dengan HIV/AIDS (Odha) itu berjenis kelamin perempuan dan berusia 36 tahun. Setelah diperiksa (di laboratorium), penderita itu dinyatakan positif HIV/AIDS. Sayang, tidak disebutkan jenis tes terhadap perempuan itu. Soalnya, stadar baku tes HIV hasil tes pertama harus dikonfirmasi dengan tes lain.

Hasil uji medis terhadap perempuan yang tengah hamil delapan bulan itu diketahui 9 Maret lalu. Dua hari sebelumnya, Perempuan yang hamil delapan bulan itu dirawat di RSUD Pacitan menderita sariawan, dan batuk-batuk tiada henti. Lantaran curiga, paramedis akhirnya melakukan tes HIV. Ini langkah yang tepat, tapi harus tetap mengacu ke standar prosedur tes HIV yang baku, al. konseling sebelum dan sesudah tes, anonimitas (yang mengetahui pemilik darah hanya konselo dan dokter), konfidensialitas (rahasia), dan informed consent (persetujuan lisan atau tertular dengan nama asli atau nama samaran) setelah memahami HIV/AIDS secara benar.

Menurut Hendra, perempuan yang beralamat di Kota Malang itu diduga tertular HIV karena kerap berganti pasangan. Dia pernah bekerja di sebuah tempat hiburan malam di Kalimantan Timur selama sembilan tahun. Pernyataan ini tidak etis karena tidak sebelum berangkat ke Kaltim perempuan itu menjalani tes HIV. Bisa saja dia tertular di Pacitan sebelum ke Kaltim.

Disebutkan: Penanganan perempuan tersebut kini terkendala. Sebab, RSUD Pacitan belum memiliki ruangan khusus untuk merawat pasien HIV/AIDS. Karena itu, dia disarankan dirujuk ke RSUD Soedono, Madiun. Tapi, pasien memilih pulang dan tidak mau dirawat. Alasannya, tidak punya biaya.

Untuk merawat seorang pasien dengan status HIV-positif tidak diperlukan ruang khusus karena HIV tidak menular melalui pergaulan sehari-hari. Pasien TBC jauh lebih berisiko ketika dirawat di rumah sakit karena jika dia batuk baksil akan terbang di udara. Jika dihirup orang lain maka ada risiko terular TB. Begitu pula dengan pasein pengidap virus hepatitis B akan mudah menularkan virus kepada pasien atau pengunjung karena bisa menular melalui keringat dan cairan tubuh lain.

Di Pacitan sudah terdeteksi 28 kasus HIV/AIDS sejak 2005 hingga pertengahan Maret 2011. Sebanyak 18 sudah meninggal. Disebutkan ada Odha yang berumur tiga tahun. Ini berarti sudah ada tiga penduduk yang mengidap HIV yaitu suami, istri dan anak. Kalau si suami punya pasangan seks lain maka bertambah pula jumlah penduduk yang berisiko tertular HIV.

Ada pernyataan: ” ....ditulari orang tuanya sejak dalam kandungan.” Ini tidak tepat karena tidak bisa diketahui kapan HIV menular kepada bayi di dalam kandungan. Janin tsb. tidak ditulari ibunya teru-menerus karena penularan bisa ketika dalam kandung, saat persalinan dan menyusui denan air susu ibu (ASI).

Ada pernyataan: ”Mayoritas penderita pernah bekerja di luar daerah. Setelah sakit, baru pulang ke Pacitan.” Ini merupakan penyangkalan terkait perilaku penduduk Pacitan.

Pertanyannya adalah: Apakah semua penduduk Pacitan menjalani tes HIV ketika hendak pergi ke luar daerah atau luar negeri?

Kalau jawabannya YA, maka kemungkinan besar mereka tertular di luar Pacitan.Tapi, kalau jawabannya TIDAK, maka ada kemungkinan mereka sudah mengidap HIV. Bisa saja mereka tertular di Pacitan. ***

Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun