Beberapa pekan belakangan ini media massa nasional, khususnya media cetak, mulai gencar memberitakan masalah yang berkaitan dengan narkotik. Sebenarnya, hal ini tidak ada kaitannya dengan peningkatan penyalahgunaan zat-zat adiktif karena masalah narkotik bukan hal baru.
Namun, karena intensitas kegiatan Polri dan Ditjen Bea Cukai dalam memerangi narkotik meningkat maka berita seputar narkotik pun kian banyak. Apalagi belakangan ini penduduk mulai ikut memerangi narkotik sehingga berita seputar masalah ini pun kian gencar.
Data yang dikeluarkan Rumah Sakit Ketergantungan Obat (RSKO) Jakarta pada priode Januari-Juli 1999 berbicara banyak tentang narkotik. Rincian dicantumkan di tabel di bawah ini.
Di unit rawat jalan saja tercatat 1,367 pasien baru dan 760 pasien lama, Sebagian besar yang berobat jalan (72,1%) berasal dari Jakarta dan 27,6% dari luar Jakarta.
Di unit gawat darurat (UGD) pada priode yang sama tercatat 643 pasien baru, sedangkan pasien lama 382. Pasien yang dibawa ke unit gawat darurat RSKO ternyata 73% dari Jakarta dan 27% dari luar Jakarta.
Kalau data pasien lama ke UGD dirinci tentu akan dapat dilihat frekuensi kunjungan mereka. Begitu pula dengan pasien baru yang datang ke UGD perlu pula ditanyakan apakah yang pertama atau sudah pernah ke rumah sakit lain. Pasien dari luar kota pun dapat pula memberikan gambaran jika diketahui alasan mereka ke UGD RSKO, apakahmereka khusus dari luar kota atau memang mereka memakai zat di Jakarta.
Data RSKO ini dapat berbicara banyak dan merupakan realitas dalam masalah penyalahgunaan zat-zat adiktif di Jakarta (baca: Indonesia). Kalau saja RSKO bertindak sebagai pusat data penyalahgunaan zat-zat adiktif tentu saja angka-angka yang muncul bisa membuat bulu roma kita berdiri. ***
[Sumber: Syaiful W. Harahap, Newsletter BeritaNAZA, No. 6, 20 September 1999]
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H