“Namun kasus AIDS di berbagai daerah Kabupaten Tasikmalaya, baru ditemukan pada ibu rumah tangga dan anaknya, belum ada indikasi dari penularan secara luas antar pasangan.” (Bertambah, Jumlah Penderita AIDS di Tasikmalaya,TubasMedia.Com, 25/2-2012).
Ada dua fakta yang saling bertentangan dari pernyataan di atas. Kasus HIV/AIDS ditemukan pada ibu rumah tangga, tapi disebuktan belum ada indikasi penularan secara luas antar pasangan.
Lalu, dari siapa ibu rumah tangga itu tertular HIV?
Jika bertolak dari pernyataan di atas tentulah ibu rumah tangga itu terular HIV bukan dari suaminya. Dari siapa, dong?
Biar pun ibu rumah tangga itu tidak tertular dari suaminya, tentulah tertular dari pasangan seksnya, di dalam atau di luar nikah. Dalam kaitan ini adalah laki-laki. Nah, laki-laki inilah yang menjadi mata rantai penyebaran HIV di masyarakat, terutama melalui hubungan seksual tanpa kondom di dalam dan di luar nikah.
Data yang disampiakan oleh Pengurus Komisi Penanggulangan AIDS (KPA) Kab Tasikmalaya, Jawa Barat, yang juga Kepala Bidang Pemberantasan dan Penanggulangan Penyakit Dinas Kesehatan Kab Tasikmalaya, Dadan Hamdani, kasus kumulatif HIV/AIDS di Kab Tasikmalaya mencapai 76.
Disebutkan bahwa umumnya penularan HIV/AIDS masih melalui pengguna narkoba dengan jarum suntik. Tidak bisa dibuktikan apakah seseorang tertular HIV dengan media jarum suntik pada penyalahguna narkoba (narkotik dan bahan-bahan berbahaya) karena sebelum dan selama menyuntik narkoba pun ada yang melakukan hubungan seksual berisiko.
Padahal, Pemkab Tasikmalaya sudah menelurkan peraturan daerah (Perda) penanggulangan AIDS, tapi karena tidak ada pasal-pasal pencegahan dan penanggulangan yang konkret maka hasilnya pun tetap nol besar (Lihat: http://edukasi.kompasiana.com/2011/04/25/menguji-peran-perda-aids-kabupaten-dan-kota-tasikmalaya/).
Di beberapa daerah di Jabar mulai ada TKW yang terdeteksi mengidap HIV. Hal yang sama juga terjadi pada pekerja migran dan pekerja seks. Sayang, hal ini tidak menjadi sasaran penanggulangan AIDS di Kab Tasikmalaya.
Yang dikhawatirkan adalah Pemkab Tasikmalaya terlena dengan angka yang kecil itu. Padahal, angka itu hanya sebagian kecil dari kasus yang ada di masyarakat. Epidemi HIV erat kaitannya dengan fenomena gunung es. Artinya, kasus yang terdeteksi (76) hanya bagian kecil yang digambarkan sebagai puncak gunung es yang muncul di atas permukaan air laut. Sedangkan kasus yang tidak terdeteksi di masyarakat digambarkan sebagai bongkahan es di bawah permukaan air laut (Lihat Gambar).
Selama tidak ada program penanggulangan yang konkret, maka selama itu pula penyebaran HIV akan terus terjadi. Hasilnya kelak adalah ’ledakan AIDS’. ***[Syaiful W. Harahap]***
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H