"Rokok Herbal Diyakini Bisa Sembuhkan HIV/AIDS Hingga Gangguan Jiwa.” Ini judul berita di surabaya.detik.com (4/11-2010). Disebutkan: “Bahkan dalam pesan kesehatan rokok herbal itu, diklaim jika rokok tersebut mampu mengobati pasien penyakit jiwa dan penderita HIV/AIDS. Hal itu juga diakui oleh beberapa penikmat rokok herbal.”
Pernyataan ini menyesatkan karena tidak ada bukti ilmiah. Berita ini memberikan ’angin sorga’ kepada orang-orang yang sudah tertular HIV (Odha yaitu orang dengan HIV/AIDS). Sebelumnya, ada pula promosi besar-besaran tentang khasiat buah merah asal Papua yang juga disebut bisa menyembuhkan AIDS.
Produsen ekstrak buah merah menampilkan seorang Odha sebagai model yang disebut sudah sembuh setelah minum ekstrak buah merah. Apa yang terjadi kemudian? Beberapa bulan kemudian Odha perempuan yang dijadikan model tadi meninggal karena selama menjadi model iklan dia tidak lagi meminum obat antriretroviral (ARV). Akibatnya, virus (HIV) terus bertambah di dalam darahnya sehingga menurunkan sistem kekebalan tubuhnya.
Sayangnya, informasi tentang kematian Odha yang menjadi model buah merah tadi tidak segencar iklan yang menampilkannya sebagai orang yang sudah sembuh dari AIDS. Di tahun 1990-an pun ada seorang model (laki-laki) yang dipublikasikan oleh sebuah institusi yang bergerak di bidang AIDS sebagai orang yang sudah sembuh dari AIDS. Tapi, beberapa bulan kemudian model itu diberitakan meninggal.
Di Surabaya pun pernah pula diberitakan ada sinshe yang bisa mengobati AIDS. Begitu pula di Semarang ada pula berita tentang seseorang yang bisa mengobati AIDS.
Tampaknya, banyak orang yang memanfaatkan situasi terkait dengan tidak adanya obat AIDS.
Disebutkan dalam berita bahwa Abdul Malik, pengusaha rokok herbal itu di Surabaya, mengatakan: "Terapi rokok ini bisa untuk obat, bahkan untuk penderita HIV/AIDS sekalipun." Ini menyesatkan karena Abdul Malik tidak memahami HIV/AIDS sebagai fakta medis. AIDS bukan penyakit sehingga tidak akan ada obat untuk AIDS. Fakta ini yang luput dari perhatian banyak orang karena selama ini informasi tentang HIV/AIDS melalui berita, seminar, diskusi, ceramah, dll. tidak akurat. ***
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H