Mohon tunggu...
Syaiful W. HARAHAP
Syaiful W. HARAHAP Mohon Tunggu... Blogger - Peminat masalah sosial kemasyarakatan dan pemerhati berita HIV/AIDS

Aktivis LSM (media watch), peminat masalah sosial kemasyarakatan, dan pemerhati (berita) HIV/AIDS

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Mengomentari Komentar Walikota Bogor terhadap Berita AIDS di Kota Bogor

9 April 2014   16:56 Diperbarui: 23 Juni 2015   23:52 118
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
13970121581664792258

Jakarta, aidsindonesia.com (9/4/2014) - Berita ”Bima kaget penderita AIDS di Bogor terbanyak ke-5 di Indonesia” (merdeka.com, 9/4/2014) ditanggapi oleh beberapa pembaca.

Yang dimaksud dengan Bima adalah Wali Kota Bogor, Jawa Barat, yang baru yaitu Bima Arya Sugiarto.

Komentar pembaca terhadap berita itu menggambarkan pemahaman yang tidak akurat terhadap HIV/AIDS sebagai fakta medis.

Komentar dari Surya Kencana - Gadjah Mada University, ini misalnya: Menurut hemat saya sebagai warga bogor kawasan puncak merupakan titik awal penyebaran virus HIV tersebut.

Sebagai virus HIV tidak berada di satu titik atau satu tempat di Bumi, tapi ada di dalam tubuh orang-orang yang mengidap HIV/AIDS.

Banyak kemungkinan cara penularan HIV terhadap 2.015 penduduk Kota Bogor yang terdeteksi mengidap HIV/AIDS.

Yang jelas sebagian dari mereka, terutama laki-laki dewasa, tertular HIV karena perilaku seks berisiko, yaitu:

(1) Pernah atau sering melakukan hubungan seksual tanpa kondom, di dalam dan di luar nikah, dengan perempuan yang berganti-ganti, seperti kawin-cerai dan beristri lebih dari satu dengan catatan istri tsb. sudah pernah mempunyai pasangan.

(2) Pernah atau sering melakukan hubungan seksual tanpa kondom dengan perempuan yang sering berganti-ganti pasangan, seperti PSK langsung (PSK yang kasat mata yang ada di tepi jalan, panti pijat plus-plus, lokasi atau lokalisasi pelacuran, dll.) dan PSK tidak langsung (PSK yang tidak kasat mata, seperti cewek panggilan ke hotel, anak sekolah, mahasiswi, cewek di diskotek, cewek di pub, cewek di kafe, cewek gratifikasi seks, dll.).

Maka, risiko penduduk Kota Bogor tertular HIV tidak hanya di Puncak.

Amat disayangkan kalau Surya Kencana ini seorang mahasiswa dengan pola pikir yang dangkal terkait dengan cara-cara penularan HIV.

Sedangkan ini komentar dari Upang Hutasuhut – USU: Bukan puncak. Tapi sebaran dari Jakarta melalui aktivitas diper-KOTA-an ... Terlalu banyak perkerja DUGEM kale

Astaga. Kalau si Upang ini mahasiswa amatlah pendek akalnya, kata orang Jakarta, maaf, pea. Tidak ada kaitan langsung antara dugem dengan penularan HIV. Apakah di Kota Bogor tidak ada penduduknya yang dugem?

Komentar si Upang ini menunjukkan dia tidak mengetahui informasi yang akurat tentang HIV/AIDS. Padahal, dia tinggal melangkah ke perpustakaan di kampusnya sudah ada buku-buku tentang HIV/AIDS.

Yang ini komentardari Simon Corse – Baru, Jakarta Raya: Sungguh memprihatinkan jau jd apa negara ini dlm 10 tahun kedepan,,

Simon, angka yang dilaporkan itu hanya yang terdeteksi. Sedangkan kasus yang tidak terdeteksi yang ada di masyarakat akan menjadi ’bom waktu’ ledakan AIDS kelak.

Yang ini komentar dari Juhaeriyah Nurachman - Kota Bogor: Dgn membatasi penjuaan kondom salah satu cara mengurangi pergaulan bebas di antara remaja. Pergaulan bebas yg terjadi di kalangan pelajar memicu meningkatnya penderita hiv/aids.

Pertama, kasus HIV/AIDS yang terdeteksi di Kota Bogor tidak hanya terdeteksi pada remaja dan pelajar. Banyak kasus terdeteksi pada laki-laki dewasa beristri dan pada ibu rumah tanggal.

Kedua, jika remaja-remaja putra yang melakukan hubungan seksual pada pergaulan bebas memakai kondom, maka pacar atau pasangan mereka terhindar dari HIV/AIDS dan tidak pula akan hamil.

Ketiga, tidak ada kaitan antara pergaulan bebas dengan penularan HIV/AIDS. Biar pun hubungan seksual dilakukan dalam pergaulan bebas kalau pasangan itu dua-duanya tidak mengidap HIV/AIDS maka tidak akan pernah terjadi penularan HIV.

Yang ”memicu meningkatnya penderita hiv/aids” adalah perilaku seks laki-laki dewasa yang tidak memakai kondom jika melakukan hubungan seksual tanpa kondom: (1) Dengan perempuan yang berganti-ganti di dalam dan di luar nikah, serti kawin-cerai, kawin kontrak, nikah mut’ah, dan (2) Dengan perempuan yang sering berganti-ganti pasnangan, seperti PSK.

Ini komentar dari Ryano Gema Mudjiarto: Kalau mau mengurangi pergaulan bebas caranya adalah dengan membekali anak anak kita dengan ahlak yg baik, Orang tua melakukan pengawasan yang ketat agar anaknya tidak terjerumus seks bebas. Kebanyakan orang tua merasa tabu membicarakan pengetahuan seks sehingga mereka mencari tahu sendiri. Ajari mereka bahwa itu bukan hanya perbuatan dosa tetapi juga akan merugikan diri sendiri dan berakibat fatal karena dapat terkena penyakit kelamin, kehamilan diluar nikah dan juga terinfeksi HIV. Kalau sudah terjadi masa depan mereka akan suram dan sulit untuk dapat kembali hidup normal seperti sebelumnya.

Pertanyaan untuk Ryano Gema Mudjiarto: Apakah kalangan dewasa tidak ada yang melakukan pergaulan bebas?

Kalau yang dimaksud dengan pergaulan bebas adalah zina, maka: Apakah laki-laki dewasa dan perempuan dewasa, bahkan yang beristri dan bersuami, tidak ada yang melakukan zina dalam berbagai bentuk?

Lima komentar ini menunjukkan betap pemahaman HIV/AIDS di banyak kalangan sangat rendah. Itu artinya sosalisasi HIV/AIDS tidak merata dan tidak berkesinambungan.

Maka, yang terjadi kelak adalah ”ledakan AIDS” di negeri karena penyebaran HIV terus terjadi tanpa ada program yang konkret untuk menurunkan insiden infeksi HIV baru. *** [Syaiful W. Harahap -AIDS Watch Indonesia] ***

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun