Mohon tunggu...
Syaiful W. HARAHAP
Syaiful W. HARAHAP Mohon Tunggu... Blogger - Peminat masalah sosial kemasyarakatan dan pemerhati berita HIV/AIDS

Aktivis LSM (media watch), peminat masalah sosial kemasyarakatan, dan pemerhati (berita) HIV/AIDS

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Serial Santet #6 | Mau Berobat, Bu Dokter Malah Ceramah Agama

29 Juli 2013   06:20 Diperbarui: 14 Juni 2018   04:33 416
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kalau berobat ke Bu Haji di Pandeglang, Banten, dia selalu mengingatkan agar segera ke dokter kalau ada perlukaan yang berdarah akibat dari benda-benda yang ditarik dari dalam badan.

“Pak, nanti ke dokter, ya.” Itulah yang selalu diingatkan Bu Haji.

Suatu waktu keringat saya bau (2006). Penumpang di mikrolet (jenis angkot di Jakarta) semua menutup hidung kalau saya naik di angkutan kota itu.

Padahal, saya jogging paling tidak dua kali seminggu. Dan, selama ini keringat saya tidak bau, bahkan saya tidak memakai pewangi ketiak.

Ada apa?

Karena sudah di luar hal yang wajar saya pun pergi ke Bu Haji.

Saya selalu membawa pisang ambon karena itulah media yang dipakai Bu Haji mengangkat benda-benda yang ada di dalam badan. Saya selalu bawa pisang ambon karena kadang-kadang tidak ada di rumah Bu Haji. Cari pisang ambon di pasar-pasar tradisional di Banten sangat sulit, itulah sebabnya ada yang mau berobat batal karena tidak mendapatkan pisang ambon.

Lagi pula, Bu Haji senang kalau bawa pisang ambon sendiri agar tidak ada fitnah. Misalnya, dikatakan pisang ambon sudah diisi dengan benda-benda.

Fitnah pulalah yang menjadi alasan Bu Haji menolak tamu yang mau berobat kalau tidak diantar atau direkomendasi oleh yang sudah pernah berobat. Bu Haji akan menolak secara halus kalau Bu Haji belum kenal.

Mengapa, Bu Haji?

“Aduh, Pak, saya takut difitnah.”

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun