Mohon tunggu...
Syaiful W. HARAHAP
Syaiful W. HARAHAP Mohon Tunggu... Blogger - Peminat masalah sosial kemasyarakatan dan pemerhati berita HIV/AIDS

Aktivis LSM (media watch), peminat masalah sosial kemasyarakatan, dan pemerhati (berita) HIV/AIDS

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Lokalisasi Pelacuran Kramat Tunggak di Milis AIDS-INA

22 Desember 2010   22:06 Diperbarui: 10 Februari 2023   10:40 586
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Salah satu sudut Kramat Tunggak, tempat yang terkenal sebagai daerah lokalisasi pelacuran di Jakarta Utara (Foto: sejarahjakarta.com)

Kemajuan teknologi informasi (IT) juga sudah merambah ke arena diskusi dan debat. Kini, diskusi tidak harus dilakukan berhadap-hadapan di meja, tapi sudah berlangsung melalui internet dengan memanfaatkan fasilitas e-mail.

Salah satu arena diskusi melalui e-mail telah dikembangkan oleh AIDS-INA melalui mailing list, yang lebih populer dengan sebutan 'milis'.

Para peserta diskusi, jika ingin ikut harus mendaftarkan diri, bebas menyampaikan pendapat, ide atau gagasannya seputar masalah HIV/AIDS/PMS atau menanggapi persoalan yang dilontarkan di milis itu. Agaknya, yang banyak terjadi justru tanggapan terhadap suatu masalah.

Sejak Juli 1999 selama tiga bulan, misalnya, isu yang banyak ditanggapi peserta diskusi adalah masalah Lokalisasi Pelacuran Kramat Tunggak di Jakarta Utara.

Isu ini bermula dari peluncuran buku tentang Kramat Tunggak. Salah satu aspek yang mendapat tanggapan ramai adalah soal dampak positif dan negatif lokalisasi.

Rupanya, dalam makalah Depkes yang dibacakan pada peluncuran buku tadi dinilai banyak kalangan terdapat kontradiksi yang mereka sebut sebagai missed opportunity. Di satu pihak disebutkan bahwa lokalisasi dapat meningkatkan upaya-upaya promotif, kuratif dan rehabilitatif.

Tapi, di pihak lain disebutkan pula justru angka kejadian PMS lebih tinggi pada pekerja seks di lokalisasi daripada di luar lokalisasi. Inilah yang banyak ditanggapi. Peserta milis melihatnya dari berbagai sisi.

Misalnya, ada yang melihat angka di lokalisasi karena memang di sana surveilansnya berjalan lancar dan rutin, sedangkan di luar lokalisasi tidak ada surveilans yang rutin. Selain ada pula data yang dikemukakan berdasarkan penelitian di Surabaya yang menunjukkan angka PMS di kalangan pekerja seks di lokalisasi tidak jauh berbeda dengan pekerja seks di luar lokalisasi (Pattern of STD in female sex workers in Surabaya).

Masalah lokalisasi kian meruncing karena berbagai pihak melihatnya dari berbagai sisi dan aspek pula. Ditilik dari kesehatan masyarakat, lokalisasi dapat menjadi salah satu bagian dalam upaya untuk mempromosikan pencegahan PMS dan HIV, pengobatan dan rehabilitasi.

Tapi, di pihak lain ada yang melihat lokalisasi sebagai penyebar PMS. Ini semua terjadi karena sebagian kita menggunakan moral pribadi sebagai ukuran. Persoalannya, di negara-negara yang secara de facto dan de jure tidak terdapat (lokalisasi) pelacuran, tetap saja banyak terjadi PMS dan HIV/AIDS (lihat laporan UNAIDS Juni 1998).

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun