“Kabar gembira, kondom ini bisa menetralkan virus HIV!” Ini judul berita di merdeka.com (25/7-2014).
Sepintas ada harapan besar dalam penanggulangan HIV/AIDS, tapi di sisi lain hal itu justru membawa bencana dan melapetaka bagi umat manusia.
Lho, koq, bisa?
Sekarang saja ketika belum ada obat yang bisa menyembuhkan HIV/AIDS dan tidak ada vaksin yang bisa menghalau HIV, banyak orang yang melakukan perilaku berisiko tertular HIV, al.: (1) Pernah atau sering melakukan hubungan seksual, seks vaginal dan dan seks anal, di dalam dan di luar nikah dengan pasangan yang berganti-ganti, dan (2) Pernah atau sering melakukan hubungan seksual, seks vaginal dan dan seks anal, di dalam dan di luar nikah dengan yang sering berganti-ganti pasangan, seperti pekerja seks komersial (PSK).
Vaksin HIV bisa saja membawa gaya hidup baru bagi sebagian orang (Lihat: AIDS: Obat dan Vaksin Akan Membuat (Perilaku) sebagian Orang Seperti Binatang - http://edukasi.kompasiana.com/2011/11/30/aids-obat-dan-vaksin-akan-membuat-perilaku-sebagian-orang-seperti-binatang-417550.html).
Dikabarkan bahwa kondom tsb., diproduksi di Australia, mengembangkan gel (KBBI: larutan koloid setengah padat, terbentuk dari zat polimer yang tidak larut dalam air, misal larutan pati dalam air yg menyerupai lem) yaitu Vivagel yang mengandung dendrimers nano atau molekul kecil yang akan menempel pada virus dan mencegahnya masuk di dalam tubuh manusia.
Terkait dengan gel tsb. ada beberapa hal yang justru bertolak belakang dengan fakta, al.:
(1) Kondom yang dipakai laki-laki ketika melakukan hubungan seksual, seks vaginal dan seks anal, menampung air mani ketika terjadi ejakulasi sehingga (virus) HIV yang ada di air mani tidak bisa masuk ke tubuh laki-laki melalui batang panis. Maka, tanpa gel pun kondom sudah mencegah penularan HIV dari air mani ke pasangan seksual.
(2) Kondom berfungsi melindungi penis agar tidak ‘terendam’ pada cairan vagina sehingga (virus) HIV yang ada di cairan vagina tidak mencari jalan masuk di penis ketika terjadi hubungan seksual.
Maka, yang diperlukan bukan gel di dalam kondom, tapi kualitas kondom yang baik agar tidak rusak ketika dipakai pada hubungan seksual. Memang, kondom yang terbuat dari karet getah sudah melalui uji mutu dengan bukti berbagai standar, al. standar ISO.
Dalam berita disebutkan “Sudah banyak penemuan medis yang berusaha untuk mengalahkan salah satu virus yang paling ditakuti yaitu virus HIV. Mulai dari obat hingga terapi.”
Pernyataan di atas menyesatkan karena sampai sekarang yang ada baru obat antiretroviral (ARV) yang berguna untuk menahan laju perkembangan atau penggandaan (virus) HIV di dalam darah. Sedangkan untuk mengalahkan virus, misalnya vaksin, belum ada.
HIV bukan virus yang paling ditakuti karena bisa dicegah dengan cara-cara yang realistis.
Tanpa vaksin pun seseorang bisa melindungi diri agar tidak tertular HIV, terutama melalui transfusi darah dan hubungan seksual.
Jika transfusi darah selalu memakai darah yang sudah diskirining HIV oleh instansi yang berwewenang.
Jika melakukan hubungan seksual, di dalam dan di luar nikah, dengan yang tidak diketahui status HIV-nya, maka laki-laki memakai kondom dan perempuan memaksa laki-laki memakai kondom.
Jika melakukan hubungan seksual dengan pasangan yang berganti-ganti di dalam dan di luar nikah, seks vaginal dan seks anal, bagi laki-laki pakailah kondom.
Jika melakukan hubungan seksual dengan pasangan yang berganti-ganti di dalam dan di luar, seks vaginal dan seks anal, nikah bagi perempuan paksalah laki-laki memakai kondom.
Jika melakukan hubungan seksual dengan yang sering ganti-ganti pasangan, maka laki-laki pakailah kondom dan perempuan memaksa laki-laki pakai kondom.
Yang jadi persoalan besar adalah perempuan, terutama istri, yang tidak mempunyai posisi tawar yang kuat terhadap suaminya untuk mengetahui perilaku suami di luar rumah. Dalam kondisi ini diharapkan pemerintah bisa membuat regulasi yang bisa melindungi perempuan, terutama istri, dari risiko ditulari HIV oleh suami atau pasangan.
Dengan cara-cara yang realistis seseorang bisa melindungi dirinya agar tidak tertular dan menularkan HIV. *** [Syaiful W. Harahap – AIDS Watch Indonesia] ***
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H