Mohon tunggu...
Syaiful W. HARAHAP
Syaiful W. HARAHAP Mohon Tunggu... Blogger - Peminat masalah sosial kemasyarakatan dan pemerhati berita HIV/AIDS

Aktivis LSM (media watch), peminat masalah sosial kemasyarakatan, dan pemerhati (berita) HIV/AIDS

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Kondom (Dijual) Bebas dan ’Seks Bebas’

31 Mei 2012   07:52 Diperbarui: 25 Juni 2015   04:34 901
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
13384501441728281065

* Desakan KPAI agar penjualan kondom dibatasi kontra produktif untuk penanggulangan HIV/AIDS

”Hindari Seks Bebas, KPAI Sarankan Pemerintah Batasi Penjualan Kondom.” Ini judul berita di seruu.com (30/5-2012).

Kalau ’seks bebas’ yang dimaksud KPAI adalah melacur atau zina, maka tidak ada kaitan langsung antara penjualan kondom yang bebas dengan perilaku melacur atau berzina.

Lagi pula istilah ’seks bebas’ adalah rancu karena tidak jelas maksudnya. ’Seks bebas’ adalah terjemahan bebas dari free sex yang tidak dikenal dalam kosa kata Bahasa Inggris (Lihat: http://sosbud.kompasiana.com/2011/03/02/%E2%80%98seks-bebas%E2%80%99-jargon-moral-yang-menyesatkan-dan-menyudutkan-remaja/ dan http://edukasi.kompasiana.com/2011/07/23/%E2%80%98seks-bebas%E2%80%99-mengaburkan-cara-penularan-hiv/).

Kalau benar laki-laki ’hidung belang’ dan pezina memakai kondom ketika melacur atau berzina, maka tentulah tidak ada ibu rumah tangga yang terdeteksi mengidap HIV/AIDS. Fakatanya, sampai akhir Desember 2010 sudah dilaporkan 1.970 istri yang terdeteksi mengidap HIV/AIDS.

Selain itu kalu para remaja memakai kondom ketika melakukan hubungan seksual dengan pacarnya, tentulah tidak akan ada kasus kehamilan yang tidak diinginkan (KTD).

Dikabarkan ”Wakil Ketua Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI), Asrorun Ni'am Sholeh mendesak pemerintah untuk segera membatasi penjualan kondom di Indonesia ....”

Desakan Asrorun ini kontra produktif karenamenghambat penanggulangan HIV/AIDS. Dengan sosialisasi kondom yang gencar dan penyediaan kondom yang luas pun tetap saja laki-laki hidung belang tidak mau memakai kondom.

Menurut Asrorun: "Kalau ada anak SMP yang beli, itu berarti buat dirinya sendiri karena tidak mungkin orang tuanya menyuruhnya untuk membeli kondom. ....”

Terlepas dari benar atau tidak anggapan Asrorun ini, satu hal yang luput dari perhatiannya adalah fakta bahwa yang membeli kondom sudah mengetahui manfaat kondom.

Ketika epidemi IMS (infeksi menular seksual, seperti sifilis, GO, virus hepatitis B, klamidia, dll.) sudah ada di masyarakat, maka diperlukan cara pencegahan yang realistis yang mudah diperoleh dan murah. Ini merupakan analogi dari diare. Dengan oralit diare dapat mencegah kematian sehingga oralit harus mudah diperoleh dan murah.

Menurut seorang staf Kementerian Agama Kota Bogor, Ita Rosita, dampak dari penjualan kondom secara bebas di Bogor membuat maraknya praktik seks bebas.

Kalau ’seks bebas’ yang dimaksud Ita Rosita adalah pelacuran, maka akan lebih arif kalau Ita Rosita melihat fakta sebagai realitas sosial di lokasi pelacuran: Apakah laki-laki ’hidung belang’ mau memakai kondom ketika melakukan hubungan seksual?

Ternyata tidak!

Banyak laki-laki ’hidung belang’ tidak mau memakai kondom. Akibatnya, banyak istri yang terdeteksi mengidap HIV/AIDS.

Dengan penjualan kondom secara bebas saja laki-laki ’hidung belang’ tidak mau memakai kondom, apalagi kalau kondom tidak dijual bebas tentulah. Kita tinggal menunggu ’ledakan AIDS’, terutama pada ibu-ibu rumah tangga. ***[Syaiful W. Harahap]***

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun