Mohon tunggu...
Syaiful W. HARAHAP
Syaiful W. HARAHAP Mohon Tunggu... Blogger - Peminat masalah sosial kemasyarakatan dan pemerhati berita HIV/AIDS

Aktivis LSM (media watch), peminat masalah sosial kemasyarakatan, dan pemerhati (berita) HIV/AIDS

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Informasi AIDS yang Menyesatkan di Pekanbaru, Riau

1 November 2011   12:45 Diperbarui: 26 Juni 2015   00:11 613
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Diberitakan Pengelola program KPA Pekanbaru, Hasan Supryanto, mengatakan bahwa hingga September tahun 2011 sejak tahun 1987, telah 125 orang meninggal akibat AIDS di Pekanbaru dan 11 orang meninggal akibat HIV (Hati-Hati!!... Sudah 125 Orang Meninggal Akibat AIDS di Pekanbaru, Tribun Pekanbaru, 31/10-2011).

Jika benar itu pernyataan Hasan tentulah sangat disayangkan karena sebagai pengelola program di KPA ybs. menyampaikan informasi yang menyesatkan.

Kematian pada Odha (Orang dengan HIV/AIDS) bukan karena HIV atau AIDS tapi karena penyakit-penyakit yang ada pada masa AIDS (setelah tertular HIV antara 5 – 15 tahun), seperti diare, TB, dll.

Maka, pernyataan yang menyebutkan ” .... 125 orang meninggal akibat AIDS di Pekanbaru dan 11 orang meninggal akibat HIV ....” adalah menyesatkan. Yang meninggal pada masa AIDS jelas sudah tertular HIV. Ada pengidap HIV yang meninggal sebelum masa AIDS. Yang jelas mereka meninggal bukan karena AIDS atau HIV.

Disebutkan pula, masih menurut Hasan, jumlah penderita HIV hingga September tercatat sebanyak 345 orang, sedang penderita AIDS sebanyak 405 orang. Yang tepat adalah kasus kumulatif HIV/AIDS di Pekanbaru 750 terdiri atas 345 HIV-positif (sudah tertular HIV tapi belum masuk masa AIDS) dan 405 AIDS (sudah tertular HIV dan sudah masuk masa AIDS ada yang disertai dengan penyakit terkait AIDS).

Disebutkan lagi oleh Hasan: ” .... pemeriksaan HIV dan AIDS tidak bisa dipaksakan, hanya kesadaran dari perorangan yang merasa terinfeksi.”

Pernyataan ’merasa terinfeksi’ tidak akurat karena justru banyak orang yang tidak menyadari dirinya sudah tertular HIV. Ini terjadi karena selama ini informasi tentang cara-cara penularan HIV yang disampaikan ke masyarakat tidak konkret karena dibalut dengan moral sehingga yang sampai hanya mitos (anggapan yang salah).

Siapa, sih, yang dianjurkan untuk menjalani tes HIV?

Mereka itu adalah:

(a). Laki-laki dewasa yang pernah atau sering melakukan hubungan seksual tanpa kondom, di dalam dan di luar nikah, dengan perempuan yang berganti-ganti di Kota Pekanbaru atau di luar Kota Pekanbaru.

(b)Perempuan dewasa yang pernah atau sering melakukan hubungan seksual, di dalam dan di luar nikah, dengan laki-laki yang berganti-ganti tanpa kondom di Kota Pekanbaru atau di luar Kota Pekanbaru.

(c). Laki-laki dewasa yang pernah atau sering melakukan hubungan seksual tanpa kondom, di dalam dan di luar nikah, dengan yang sering berganti-ganti pasangan, seperti pekerja seks komersial (PSK) langsung (PSK di jalanan, cafe, pub, tempat hiburan, panti pijat, lokasi dan lokalisasi pelacuran, losmen, hotel melati dan hotel berbintang) dan PSK tidak langsung (’anak sekolah’, ’mahasiswi’, ’cewek SPG’, ’cewek cafe’, ’cewek pub’, ’cewek panti pijat’, ’ibu-ibu rumah tangga’, ’ABG’, ’pelacur kelas tinggi’, ’call girl’, dll.), serta perempuan pelaku kawin-cerai di Kota Pekanbaru atau di luar Kota Pekanbaru.

Informasi yang akurat inilah yang tidak pernah disampaikan secara benar kepada masyarakat. Maka, jika ingin memutus mata rantai penyebaran HIV diperlukan penyuluhan yang kontiniu dengan materi yang akurat.

Celakanya, peraturan daerah (perda) penanggulangan AIDS yang ditelurkan Pemprov Riau sama sekali tidak memberikan langkah konkret dalam penanggulangan AIDS (Lihat: http://regional.kompasiana.com/2011/03/30/menyibak-peran-perda-aids-riau-dalam-penanggulangan-aids-riau/).

Jika Pemkot Pekanbaru tidak menjalankan program penanggulangan yang konkret, maka tinggal menunggu ’ledakan AIDS’ karena penyebaran HIV terus terjadi di masyarakat. ***[Syaiful W. Harahap]***

Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun