Mohon tunggu...
Syaiful W. HARAHAP
Syaiful W. HARAHAP Mohon Tunggu... Blogger - Peminat masalah sosial kemasyarakatan dan pemerhati berita HIV/AIDS

Aktivis LSM (media watch), peminat masalah sosial kemasyarakatan, dan pemerhati (berita) HIV/AIDS

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Di Kab Buleleng, Bali: Penanggulangan HIV/AIDS dengan Mengawasi Kesehatan ‘Cewek Kafe’

6 Juni 2012   22:32 Diperbarui: 25 Juni 2015   04:19 302
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
13390219511663350075

“Kafe atau tempat hiburan malam lain yang tengah menjamur menjadi salah satu pemicu terus bertambahnya angka penderita HIV/AIDS di Buleleng (Prov Bali-pen.). Dari tempat ini dicurigai virus yang mematikan itu menular. Apalagi banyaknya cewek pekerja kafe yang dicurigai sering melakukan transaksi seks kepada pengunjung kafe.” Ini lead di beritaTekan Penularan HIV/AIDS Kesehatan Cewek Kafe Diawasi” di Harian “Bali Post” (7/6-2012).

Pernyataan pada lead berita itu menunjukkan pengetahuan wartawan terkait dengan epidemi HIV/AIDS sangat rendah.

Pertama, yang memicu penyebaran HIV/AIDS adalah laki-laki bukan kafe.

Kedua, yang menularkan HIV kepada cewek pekerja kafe adalah laki-laki, dalam hal ini bisa penduduk lokal atau pendatang. Laki-laki ini dalam kehidupan sehari-hari bisa sebagai seorang suami.

Ketiga, ada pula laki-laki yang tertular HIV dari cewek pekerja kafe yang mengidap HIV/AIDS. Laki-laki ini dalam kehidupan sehari-hari bisa sebagai seorang suami.

Keempat, laki-laki yang melakukan hubungan seksual dengan cewek pekerja kafe tidak memakai kondom setiap kali sanggama.

Kelima, sampai sekarang belum ada laporan kematian pada orang-orang yang mengidap HIV/AIDS karena (virus) HIV atau (kondisi) AIDS.

Dikabarkan menekan penyebaran HIV/AIDS di Buleleng, maka kesehatan cewek kafe di Kabupaten Buleleng akan diawasi secara rutin seperti yang dilakukan sejumlah lembaga terhadap pekerja seks komersial (PSK).

Jika kesehatan yang dimaksud dalam pernyataan itu adalah HIV, maka cewek pekerja kafe yang sudah mengidap HIV/AIDS tidak bisa dikenali dari fisiknya.

Jika dilakukan tes HIV rutin pun tidak ada manfaatnya karena jika cewek pekerja kafe dites pada masa jendela (tertular di bawah tiga bulan), maka hasilnya bisa menyesatkan karena ada kemungkinan negatif palsu (HIV sudah ada di dalam darah tapi tidak terdeteksi karena belum ada antibody HIV) atau positif palsu (HIV tidak ada di dalam darah tapi terdeteksi).

Selain itu mobilitas cewek pekerja kafe sangat tinggi sehingga bisa mereka berpindah-pindah dalam hitungan hari, minggu atau bulan. Jika ini yang terjadi tentulah upaya untuk mengecek kesehatan mereka tidak ada mafaatnya karena silih berganti.

Untuk memudahkan pengawasan cewek kafe ini, (YCUI) membentuk Kelompok Kerja (Pokja) Kafe di Kecamatan Seririt yang dilantik di Puskesamas Seririt, Rabu (6/6) kemarin. Ketua Yayasan Citra Usada Indonesia (YCUI), Ketut Sukiarta, mengatakan, Pokja Kafe bertugas memantau kesehatan para pekerja kafe.

Bagaimana petugas Pokja Kafe memantau HIV/AIDS pada cewek pekerja kafe?

Cewek-cewek pekerja kafe yang mengidap HIV/AIDS tidak menunjukkan gejala khas AIDS pada fisiknya. Lalu, apa yang akan dilakukan anggota pokja untuk mengetahui status HIV cewek pekerja kafe?

Keut Sukiarta mengatakan: "Ya kita sadari kafe ini memang menjadi salah satu biang menularnya HIV/AIDS. …."

Yang membawa HIV/AIDS ke kafe adalah laki-laki, dan yang membawa HIV/AIDS dari kafe ke masyarakat juga laki-laki.

Dalam konteks inilah yang menjadi biang keladi bukan kafe dan cewek pekerja kafe, tapi laki-laki yang tidak memakai kondom jika sanggama dengan cewek pekerja kafe. Ini fakta.

Mencegah penularan HIV melalui hubungan seksual adalah prsoalan yang amat sangat sederhana, tapi dipolitisir dan dibalut dengan moral sehingga fakta tentang pencegahan HIV jadi kabur.

Daripada membentuk pokja yang akan mengawasi kesehatan cewek pekerja kafe, lebih baik membuat regulasi yang konkret untuk menurunkan insiden infeksi HIV baru pada laki-laki pelanggan cewek pekerja kafe, yaitu mewajibkan laki-laki memakai kondom jika sanggama dengan cewek pekerja kafe. Ini konkret dan realistis. ***[Syaiful W. Harahap] ***

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun