Mohon tunggu...
Syaiful W. HARAHAP
Syaiful W. HARAHAP Mohon Tunggu... Blogger - Peminat masalah sosial kemasyarakatan dan pemerhati berita HIV/AIDS

Aktivis LSM (media watch), peminat masalah sosial kemasyarakatan, dan pemerhati (berita) HIV/AIDS

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Di Kab Berau, Kaltim, 25 PSK Mengidap HIV/AIDS

8 Januari 2015   01:59 Diperbarui: 17 Juni 2015   13:35 133
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

* Laki-laki pelanggan PSK di Kab Berau berisiko tinggi tertular HIV/AIDS ....

2014, 25 PSK Positif HIV/AIDS. Sudah Periksa 1.181 Pekerja”. Ini judul berita di kaltimpost.com,7/1- 2015.

Kalau wartawan dan narasumber berita ini, Kepala Diskes Kabupaten Berau Totoh Hermanto, melalui Kepala Seksi Pemberantasan Penyakit Ramadan, memahami epidemi HIV/AIDS dengan baik, maka judul berita itu sudah berbicara banyak. Sayang, dalam berita tidak ada penggambaran realitas sosial terkait dengan fakta yaitu “25 PSK positif HIV/AIDS”.

Sata Dinas Kesehatan (Diskes) Berau, Kaltim, menunjukkan sampai tahun 2014 terdeteksi 25 kasus HIV/AIDS.

Pertama, ada kemungkinan 25 PSK tsb. tertular HIV/AIDS di Kab Berau. Itu artinya ada 25 laki-laki dewasa, dalam kehidupan sehari-hari bisa sebagai suami, pacar, lajang, selingkunan, duda, dll. yang bekerja sebagai pegawai, karyawan, buruh, nelayan, rampok, dll. yang mengidap HIV/AIDS. Mereka inilah yang menularkan HIV/AIDS kepada 25 PSK. Di kehidupan ril di masyarakt 25 laki-laki ini menjadi mata rantai penyebaran HIV/AIDS secara horizontal antar penduduk, terutama melalui hubungan seksual tanpa kondom di dalam dan di luar nikah. Bagi yang beristri akan menularkan HIV/AIDS ke istrinya, yang tidak beristri menularkan HIV ke pasangannya.

Laki-laki Pelanggan PSK

Kedua, ada kemungkinan 25 PSK itu terular HIV di luar Kab Berau. Jika ini yang terjadi maka laki-laki, jumlahnya bisa ratusa sampai ribuan, yang melakukan hubungan seksual dengan 25 PSK yang mengidap HIV/AIDS itu berisiko tertular HIV/AIDS. Laki-laki yang melakukan hubungan seksual dengan PSK itu dalam kehidupan sehari-hari bisa sebagai suami, pacar, lajang, selingkuhan, duda, dll. yang bekerja sebagai pegawai, karyawan, buruh, nelayan, rampok, dll. Laki-laki yang tertular HIV/AIDS dari 25 PSK itu pun menjadi mata rantai penyebaran HIV/AIDS di masyarakat, terutama melalui hubungan seksual tanpa kondom di dalam dan di luar nikah. Bagi yang beristri akan menularkan HIV/AIDS ke istrinya, yang tidak beristri menularkan HIV ke pasangannya.

Seseorang yang terdeteksi mengidap HIV/AIDS minimal sudah tertular HIV tiga bulan sebelum tes. Jika di antara PSK itu ada yang terdeteksi HIV/AIDS di masa AIDS itu artinya mereka tertular HIV antara 5-15 tahun sebelum tes HIV.

Ini dia jumlah laki-laki yang berisiko tertular HIV/AIDS setiap bulan: 25 PSK x 3 laki-laki/malam x 20 hari/bulan x 3 bulan = 4.500.

Jika ada PSK yang terdeteksi HIV/AIDS pada masa AIDS, maka jumlah laki-laki yang berisiko tertular HIV/AIDS akan lebih banyak karena bisa saja mereka tertular 5 atau 15 tahun sebelum tes.

Disebutkan “ .... sebanyak 25 orang positif menderita penyakit berbahaya tersebut.” Pernyataan ini menunjukkan penilaian yang tidak objektif terhadap HIV/AIDS. Semua penyakit berbahaya, bahkan demam berdarah tidak ada obatnya sehingga banyak penderitanya yang meninggal.

Kepala Diskes Kabupaten Berau Totoh Hermanto, melalui Kepala Seksi Pemberantasan Penyakit Ramadan. Mengatakan bahwa penderita penyakit HIV/AIDS pada 2013 hanya 17 orang, 2012 tercatat sebanyak 15 orang saja.

Angka kasus yang dilaporkan atau yang terdeteksi pada tahun 2012 dan 2013 tidak menunjukkan kasus yang sebenarnya di masyarakat karena: (1) Pemkab Berau tidak mempunyai program yang konkret dan sistematis untuk mendeteksi kasus HIV/AIDS di masyarakat, dan (2) Bisa saja penduduk Kab Berau tes di luar daerah.

Yang jelas kasus yang ditemukan tahun 2012 dan 2013 menjadi mata rantai penyebaran HIV/AIDS di masyarakat sehingga tanpa mereka sadari. Maka, kasus HIV/AIDS di masyarakat yang konkret bisa lebih banyak dari kasus yang terdeteksi.

Disebutkan pula: “ .... 25 penderita tersebut didominasi pekerja di tempat-tempat hiburan dan salon yang ada di Kabupaten Berau, setelah melakukan tes darah kepada seluruh pegawai di tempat hiburan di sepanjang tahun 2014.”

Pernyataan ini lagi-lagi menunjukkan pemahaman yang sangat rendah terhadap epidemi HIV/AIDS karena yang jadi masalah bukan jumlah pekerja tempat hiburan yang terdeteksi mengidap HIV/AIDS, tapi (a) Laki-laki yang menularkan HIV/AIDS kepada 25 pekerja hiburan tsb, dan (b) Laki-laki yang berisiko tertular HIV/AIDS dari 25 pekerja hiburan tsb. (Lihat gambar).

Insiden Infeksi HIV Baru

Hal yang sama terjadi pada dialog dalam karikatur, yaitu:

Laki-laki berpakaian hitam: “Astaga ..!! PSK Penderita HIV/AIDS Makin Bertambah Bro .. Waduh .. Bagaimana Ini Ya ..”

Laki-laki berpakain kotak-kotak: “Ini Peringatan Buat Kita Sebagai Lelaki Hidung Belang Agar Waspada, Bro ..”

Dialog ini menunjukkan mereka adalah pelanggan PSK dan mereka tidak menyadari bahwa bisa saja mereka yang menularkan HIV/AIDS ke PSK dan mereka pun bisa pula sudah tertular dari PSK tsb. jika mereka tidak memakai kondom ketika melakukan hubungan seksual dengan PSK itu.

Kalau saja yang membut karikatur itu memahami epidemi HIV/AIDS dengan baik, maka dialognya adalah:

Laki-laki berpakaian hitam: “Astaga, Kita Kan Pernah Ngeseks dengan PSK. Gak Pakai Kondom Lagi. Wah, Jangan-jangan Kita Sudah Tertular HIV/AIDS. Bagaimana dengan Istri dan Anak-anak Kita?”

Laki-laki berpakain kotak-kotak: “Ya, Benar Juga. Sebaiknya Kita ke Rumah Sakit Ya, Tes HIV Agar Ketahuan Apakah Kita Sudah Tertular HIV!”

Dialog seperti ini ‘kan menggugah dan mencerahkan sehingga masyarakat, khususnya laki-laki yang pernah ngeseks dengan PSK tanpa kondom terdorong untuk tes HIV. Jika seseorang, terutama laki-laki yang terdeteksi mengidap HIV/AIDS, bisa diputus mata rantai penyebaran HIV. Paling tidak ke istrinya.

Ada lagi pernyataan: “ .... tempat hiburan diperiksa setiap tiga bulan sekali.” Ya, selama tiga bulan sebelum PSK itu diperiksa sudah puluhan bahkan ratusan laki-laki yang ngeseks tanpa kondom sehingga ratusan laki-laki tsb. berisiko tertular HIV/AIDS.

Disebutkan bahwa Diskes telah memberikan perawatan khusus di rumah sakit. “Ada yang selesai mengikuti pengobatan, berkeliaran lagi seperti sebelumnya. Jadi dilema juga kalau seperti itu. Sebab kami tidak bisa memantau lagi setelah pengobatan itu,” jelasnya.

Orang-orang yang terdeteksi HIV/AIDS tidak otomatis mendapat perawatan di rumah sakit. Lagi pula kalau tes HIV dilakukan sesuai dengan standar prosedur operasi yang baku, maka orang-orang yang menjalani tes sudah berjanji “menghentikan penyebaran HIV/AIDS mulai dari dirinya.”

Ini menunjukkan Diskes Berau pun tidak memahami epidemi HIV/AIDS secara baik. Yang jadi persoalan besar adalah penduduk, terutama laki-laki, penduduk Berau yang sudah mengidap HIV/AIDS tapi tidak terdeteksi. Mereka inilah yang menyebarkan HIV/AIDS di masyarakat, tertutama melalui hubungan seksual tanpa kondom di dalam dan di luar nikah.

Selain itu insiden infeksi HIV baru di Kab Berau akan terus terjadi karena tidak ada program yang konkret berupa “wajib kondom” bagi laki-laki yang ngeseks dengan PSK.

Kasus HIV/AIDS yang ditemukan pada ibu-ibu rumah tangga membuktikan ada laki-laki penduduk Kab Berau yang ngeseks dengan PSK tidak memakai kondom. Pada gilirannya istri yang tertular HIV dari suami akan menularkan HIV kepada bayi yang dikandungnya. Maka, tidaklah mengherankan kalau kemudian banyak bayi yang baru lahir terdeteksi mengidap HIV/AIDS.

Dalam gambar ada Intervensi yang bisa dilakukan Pemkab Berau yaitu memaksa laki-laki memakai kondom ketika ngeseks dengan PKS (dengan catatan pelacuran dilokalisir dengan regulasi) dan mewajibkan perempuan hamil tes HIV agar bisa dicegah penularan dari-ibu-ke-bayi yang dikandungnya.

Tentu saja program intervensi tidak akan bisa dilakukan karena dalam Perda AIDS Prov Kaltim pun tidak ada dua program itu. Lagi pula Pemkab Berau tidak akan mungkin melokalisir pelacuran.

Maka, Pemkab Berau tinggal menunggu waktu saja untuk “panen AIDS”. *** [Syaiful W. HarahapAIDS Watch Indonesia] ***

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun