Mohon tunggu...
Syaiful W. HARAHAP
Syaiful W. HARAHAP Mohon Tunggu... Blogger - Peminat masalah sosial kemasyarakatan dan pemerhati berita HIV/AIDS

Aktivis LSM (media watch), peminat masalah sosial kemasyarakatan, dan pemerhati (berita) HIV/AIDS

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Catatan Hari AIDS Sedunia: “Kondom Alam” Dorong Penyebaran HIV/AIDS

1 Desember 2010   01:56 Diperbarui: 26 Juni 2015   11:09 185
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gadget. Sumber ilustrasi: PEXELS/ThisIsEngineering


Catatan: Naskah ini dimuat di Harian "Swara Kita", Manado, 1 Desember 2010.

EPIDEMI HIV terus berlangsung tanpa bisa direm. Kasus demi kasus di semua negara tertedeksi. Di Indonesia sudah dilaporkan 21.770 kasus AIDS. Sedang-kan di Sulawesi Utara sampai September 2010 sudah dila-porkan 715 kasus HIV/AIDS yang terdiri atas 265 HIV+ dan 450 AIDS, serta yang memakai ARV lebih dari 180.
Secara global diperkirakan penduduk dunia yang tertular HIV antara 29.200.000-32.600.000 (UNAIDS). Hari ini, 1 Desember, diperingati sebagai Hari AIDS Sedunia (World AIDS Day) sebagai upaya untuk mengingatkan (penduduk) dunia untuk meningkatkan penanggulangan epidemi HIV.

Sejak penularan dan pencegahan HIV diketahui secara medis mulailah pemakaian kondom disosialisasikan pada hubungan seksual yang berisiko tertular HIV secara luas. Pro dan kontra tentang kondom muncul di seluruh dunia di ranah opini dengan latar belakang asumsi berlandaskan moral. Di Indonesia sosialisasi kondom dihadang dengan cara 'membenturkan'-nya dengan norma, moral, dan agama. Padahal, pencegahan dengan kondom merupakan ranah medis.

SOSIALISASI VERSUS KONDOMISASI

Sepanjang debat kusir terkait kondom berjalan selama itu pula terjadi penularan HIV. Ini terjadi tanpa disadari. Kasus demi kasus terdeteksi di berbagai daerah di Indonesia. Tapi, pemerintah tetap tidak bergeming karena angka kasus yang dilaporkan sangat kecil. Angka yang kecil ini pulalah yang membuat pemimipn negeri ini membusungkan dada. Padahal, epidemi HIV erat kaitannya dengan fenomena gunung es. Kasus yang terdeteksi hanya sebagai kecil dari kasus yang ada di masyarakat.

Biar pun ada fakta di beberapa negara di berbagai belahan dunia kasus infeksi HIV baru di kalangan dewasa melalui hubugan seksual mulai menunjukkan grafik yang mendatar sejak awal tahun 2000-an berkat penggnaan kondom, tapi Indonesia tetap berkutat di ranah debat kusir.

Memang, sejak awal epidemi pemerintah sudah 'mengha-ramkan' kondom. Di awal epi-demi pada tahun 1983 Men-teri Kesehatan RI, Dr. Soewardjono Soerjaningrat, mengatakan pencegahan AIDS terbaik adalah tidak ikut-ikutan jadi homoseks dan mencegah turis-turis asing membawa masuk penyakit itu. Di tahun 1988 Kepala BKKBN Pusat, dr Haryono Suyono, mengatakan lembaga perkawinan merupakan benteng yang kuat terhadap menjalarnya penyakit AIDS di Indonesia. (Media Indonesia, 3/12-1988).

Begitu pula dengan kondom. Terjadi gelombang penolakan sampai sekarang. Anjuran Dirjen Pariwisata, Joop Ave, agar kondom disebarluaskan secara cuma-cuma di hotel-hotel di Indonesia untuk mencegah penyebaran AIDS, dianggap kurang bijaksana. "Anjuran seperti itu mestinya tidak perlu diucapkan," kata Drs Ida Bagus Gunada, anggota DPRD Bali yang juga wakil Sekjen Parisada Hindu Dharma Pusat (Kompas, 11/8-1988).
Ketika dunia dilanda 'kepanikan' karena kasus HIV/AIDS terdeteksi pada penduduk mereka, Indonesia malah menyangkal dengan mengedepankan budaya, moral dan agama sebagai penangkal. Padahal, semua negara dan bangsa di muka bumi ini memiliki budaya, moral dan agama. Lagi pula, secara medis penularan HIV tidak ada kaitannya secara langsung norma, moral dan agama.

Terkait dengan sosialisasi kondom Majelis Ulama Indonesia (MUI) menentangnya. Majelis Ulama Indonesia (MUI) menolak dengan tegas program kondomisasi untuk penanggulangan AIDS, karena dengan menyetujui kondomisa-si berarti melegalkan prostitusi. (Kompas, 21/7-1995). Agak-nya, MUI dan organisasi lain sampai sekarang tidak bisa membedakan antara sosialisasi dan kondomisasi. Yang merebak adalah kondominasi, padahal dari aspek epidemiologi HIV yang dikembangkan ada-lah sosialisasi artinya memberikan pilihan kepada masyarakat tentang cara mencegah HIV.

Kalau saja di awal epidemi HIV/AIDS tidak dikait-kaitkan dengan norma, moral dan agama tentulah HIV/AIDS tidak akan dilihat dari aspek mitos (anggapan yang salah). Tapi, sejak awal epidemi HIV/AIDS sudah dikait-kaitkan dengan norma, moral dan agama.

SUB-TYPE HIV

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun