Berita tentang kasus HIV/AIDS di lokasi atau lokaliasasi pelacuran berdampak buruk pada perilaku laki-laki ’hidung belang’.
Jika ada berita tentang pekerja seks komersial (PSK) yang mengidap HIV di lokasi atau lokalisasi pelacuran, maka laki-laki ’hidung belang’ akan mencari PSK ke tempat lain. Sebaliknya, jika ada berita bahwa di sebuah lokasi atau lokalisasi pelacuran tidak ada PSK yang mengidap HIV, maka laki-laki ’hidung belang’ pun menyerbu lokasi atau lokalisasi pelacuran tsb.
Dua kemungkinan itu sama buruknya karena ada fakta yang luput dari perhatian.
Seperti halnya berita ini: ”39 Pekerja Seks di Tanjung Elmo Terinfeksi HIV/Aids” (www.sentaninews.com,
Terkait dengan kasus HIV/AIDS pada PSK di Tanjung Elmo, Sekretaris KPA Kabupaten Jayapura, Purnomo, mengatakan: “Yang lebih bagus itu adalah menghindari diri untuk tidak melakukan hubungan seks di luar nikah.”
Pernyataan ini adalah mitos (anggapan yang salah). Tidak ada kaitan langsung antara penularan HIV dan hubungan seksual di luar nikah.
Penularan HIV melalui hubungan seksual bisa terjadi di dalam dan di luar nikah (sifat hubungan seksual) jika salah satu dari pasangan itu mengidap HIV/AIDS dan laki-laki tidak memakai kondom (kondisi hubungan seksual).
Dengan 933 kasus kumulatif HIV/AIDS di Kab Jayapura, Papua, tentulah merupakan persoalan besar karena penyebaran terus terjadi tanpa mereka sadari.
Jika dihitung-hitung, maka 39 PSK yang terdeteksi mengidap HIV/AIDS itu sudah meladeni 7.020 laki-laki sebelum mereka tes HIV (39 PSK x 3 laki-laki/malam x 20 hari/bulan x 3 bulan). Laki-laki itu semua berisiko tertular HIV.
Kalau saja Pemkab Jayapura, dalam hal ini KPA Kab Jayapura, mempunyai program yang konkret di Tanjung Elmo tentulah insiden infeksi HIV baru bisa diturunkan sehingga tingkat penyebaran HIV di masyarakat pun bisa ditanggulangi.
Berita tentang PSK yang mengida HIV/AIDS itu pun menyesatkan karena tes HIV selalu saja membuka kemungkinan negatif palsu. Artinya, ada di antara PSK di Tanjung Elmo yang mengidap HIV/AIDS tapi hasil tes darahnya nonreaktif (negatif) karena masa jendela (tertular di bawah tiga bulan).
Dikabarkan KPA Kab Jayapura terus mengawasi sejumlah PSK yang masih beroperasi untuk menekan penyebaran HIV/AIDS.
Kuncinya bukan pada pengawasan KPA dan PSK, tapi pada laki-laki ‘hidung belang’. Yang diperlukan adalah langkah yang konkret berupa intervensi untuk memaksa laki-laki memakai kondom ketika sanggama dengan PSK. Ini yang diperlukan.
Lagi pula biar pun KPA mengawai PSK yang mengidap HIV/AIDS, PSK lain pun tidak tertutup kemungkinan ada yang mengidap HIV/AIDS. Mereka itu adalah PSK yang menjalani tes di masa jendela sehingga hasil negatif hanya palsu. Artinya, hasil tes negatif tapi HIV sudah ada di dalam darah mereka karena ketika darah diambil belum ada antibody HIV di dalam darah sehingga tes nonreaktif.
PSK lain yang tidak terdeteksi mengidap HIV juga ada kemungkinan sudah pula tertular HIV karena setelah tes HIV mereka melayan banyak laki-laki.
Disebutkan oleh Purnomo: "Siapapun kini semakin rentan dan mudah tertular penyakit HIV/AIDS karena di daerah Jayapura juga wilayahnya lainnya, masyarakat masih enggan untuk memeriksakan dirinya tes HIV/AIDS dengan berbagai alasan."
Kerentanan terhadap HIV/AIDS bukan karena enggan memeriksakan diri, tapi karena perilaku seksual orang per orang.
Lagi pula, tidak semua orang harus menjalani tes HIV. Terkait dengan Tanjung Elmo, maka yang dianjurkan tesHIV adalah laki-laki yang pernah atau sering melakukan hubungan seksual tanpa kondom dengan PSK di Tanjung Elmo.
Informasi itulah yang perlu disampaikan kepada masyarakat agar laki-laki yang pernah kencan dengan PSK di Tanjung Elmo menyadari perilakunya yang berisiko tertular HIV.
Selama tidak ada langkah yang konkret tentang keharusan memakai kondom di Tanjung Elmo, maka selama itu pula laki-laki asli akan menularkan HIV kepada PSK dan ada pula laki-laki asli tertular HIV dari PSK. ***[Syaiful W. Harahap]***
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI