Mohon tunggu...
Syaiful W. HARAHAP
Syaiful W. HARAHAP Mohon Tunggu... Blogger - Peminat masalah sosial kemasyarakatan dan pemerhati berita HIV/AIDS

Aktivis LSM (media watch), peminat masalah sosial kemasyarakatan, dan pemerhati (berita) HIV/AIDS

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Berburu Hewan di Hutan Justru Merenggut Nyawa Pemburu

11 Juli 2016   12:33 Diperbarui: 11 Juli 2016   12:38 335
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi (Sumber: www.pinterest.com)

“Dia tertembak oleh keponakannya sendiri, PS setelah PS mengiranya hewan buruan.” Ini ada dalam berita “Danramil Tewas Tertembak Saat Berburu, Dua Warga Diamankan” (kompas.com, 10/7-2016). Ini terjadi di hutan desa Wakal, Kecamatan Leihitu, Kabupaten Maluku Tengah, Maluku.

Kejadian serupa tidak yang pertama karena sudah sering terjadi. Seperti ini: Saibi bin Toyib, 46, warga RT 04 Desa Pulau Raman, Kecamatan Pemayung, Kabupaten Batanghari, Prov Jambi, sekitar pukul 22.00 WIB (18/2) tewas tertembak senapan kecepek oleh temannya sendiri, Sayuti (jambiupdate.co, 19/2-2016).

Atau yang terjadi di Muaraenim, Sumsel, ini: Tragis sekali nasib Erlan (30) warga Desa Aur Duri, Kecamatan Rambang Dangku, Muaraenim, yang tewas tertembak secara tidak sengaja oleh temannya sendiri Sudiyanto (40) ketika akan berburu rusa di Batu Keras, Desa Suban Jeriji, Kecamatan Rambang Dangku, Muaraenim (28/2-2016) sekitar pukul 17.00. (palembang.tribunnews.com, 29/2-2016). Rupanya, salah seorang teman korban kakinya tesandung dan terjatuh sehingga tanpa sengaja pelatuk tertarik dan senapan kecepek (senapan locok) meletus dan mengenai korban.

Di Agam, Sumbar, pun terjadi hal yang sama: Malang benar nasib dua pemburu hewan di hutan. Seorang tewas karena tertembak senjata badia balansa mamaknya sendiri. Seorang lagi tewas tertembak senjata api rakitan miliknya sendiri (harianhaluan.com, 22/2-2016).

Banyak cerita pemburu tentang apa yang mereka alami di hutan. Misalnya, melihat teman sebagai ‘binatang buruan’. Senjata meletus tanpa disengaja, dll. Terlepas dari aspek-aspek di luar akal sehat, ada masalah yang terkait dengan kegiatan berburu di hutan yaitu ‘kode etik’ sehingga bisa mencegah kecelakaan untuk menghindari korban.

Satu hal yang luput dari perhatian adalah orang-orang yang memakai pakaian seraga militer dan memegang senjata akan mengidentfikasikan diri sebagai tentara. Celakanya, “Mereka tidak mempunyai aturan main yang jelas terkait dengan pakaian dan senjata,” kata Bang Hotman (Prof Dr Hotman M Siahaan, sosiolog di Unair, Surabaya) dalam satu kesempatan wawancara (tahun 2000-an). Berbeda dengan tentara atau polisi yang memegang teguh aturan main terkait dengan pakaian dan senajata yang mereka pegang.

Bertolak dari pendapat Bang Hotman ini bisa jadi ada pemburu yang tidak mengetahii seluk-beluk senjata api dengan baik seperti yang diajarkan kepada tentara dan polisi. Mereka pun dengan seenaknya meletuskan senjata api tanpa melalui prosedur yang baku dalam etika berburu.

Seperti yang terjadi di Maluku, umpamanya, kalau saja pelaku yang menembak Danramil itu memahami etika berburu tentu ada langkah-langkah yang harus dilakukan sebelum menarik pelatuk senapan. Misalnya, melempar objek tsb. sebelum menembak sehingga reaksi objek yang disangka ‘binatang buruan’ itu bisa dilihat yang akan membuktikan apakah yang akan ditembak itu benar ‘binatang buruan’ atau tidak.

Aturan main yang lain, misalnya, pakaian sehingga tidak tersamar dengan warna atau corak kulit ‘binatang buruan’. Selain itu formasi ketika berpencar mengejar atau mengepung binatang buruan. Senjata api pun tidak boleh dalam keadaan dikokang atau siap diletuskan dengan menarik pelatuk. Pemburu yang kakinya tersandung di Muaraenim itu bisa saja senapannya sudah dikokang.

Tentu saja aturan main dan kode berburu sudah ada di Perbakin (Persatuan Menembak dan Berburu Seluruh Indonesia). Aturan main ini yang harus disebarluaskan agar dipahami masyarakat, terutama yang gemar berburu, secara luasBisa juga Perbakin secara rutin mengadakan pelatihan bagi orang-orang yang gemar berburu agar tidak ada lagi korban yang mati sia-sia di hutan hanya karena kelalaian.***

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun