”Inilah. Semua gara-gara teman Abang.” Itulah salah satu ucapan Nuraini, seorang Odha (Orang dengan HIV/AIDS) di Makassar, Sulsel, tentang perlakuan masyarakat terhadap dirinya.
Semasa hidupnya Nuraini, meninggal tahun 2009, berulang kali pindah kontrakan dengan suaminya karena diusir tetangga.
Lho, mengapa?
Rupanya, foto pernikahannya dimuat di halaman depan di beberapa media cetak lokal dan nasional (1997). Teks foto pun tidak tanggung-tanggung: ”Pangantin AIDS”. Akibatnya, banyak orang yang mengenali wajuah Nuraini dan suaminya.
Ditulari Laki-laki
Yang dimaksud Nuraini sebagai ’teman-teman Abang’ adalah wartawan yang menulis belasan berita tentang penangkapannya ketika dirazia di ’jalan vagina raya’ (julukan untuk Jalan Nusantara di pelabuhan Soekarno-Hatta Makassar, karena di jalan itu banyak tempat hiburan sebagian ada tempat transaksi seks), sampai pernikahannya.
Nuraini termasuk pekerja seks pertama yang terdeteksi mengidap HIV/AIDS di Makassar. Ketika dirazia mereka langsung menjalani tes HIV tanpa konseling (bimbingan) dan ditempatkan di sebuah panti sosial di Makassar.
Bahkan, suatu hari ketika dia memakai T-Shirt bertuliskan AIDS orang-orang pun langsung mencibirnya. ”Saya tidak menyebarkan AIDS, justru laki-laki yang menularkan HIV/AIDS ke saya,” kata Nuraini sambil menyeka matanya yang basah.
Dia pernah curhat, ”Bang, kalau foto saya tidak dimuat di koran kan saya bisa melacur lagi. Saya tidak minta-minta uang lagi ke Abang.”
Syukurlah. Ada lembaga dan dokter yang membantu Nuraini. Bahkan, memberikan garasi untuk tempat tinggal Nuraini dan suaminya karena mereka tidak bisa lagi mendapat kontrakan. Hampir semua tempat kontrakan di Makassar mengenali wajah mereka.