Mohon tunggu...
Syaiful W. HARAHAP
Syaiful W. HARAHAP Mohon Tunggu... Blogger - Peminat masalah sosial kemasyarakatan dan pemerhati berita HIV/AIDS

Aktivis LSM (media watch), peminat masalah sosial kemasyarakatan, dan pemerhati (berita) HIV/AIDS

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

AIDS di Kota Kendari, Sultra: Menyalahkan Letak Geografis Kota Kendari

9 Juni 2011   04:31 Diperbarui: 26 Juni 2015   04:42 622
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pemahaman terhadap HIV/AIDS secara tidak benar ternyata masih saja terjadi. Misalnya, terkait dengan risiko penularan HIV. Ada saja penyangkalan terhadap perilaku penduduk, terutama laki-laki, sehingga terjadi penyangkalan. Misalnya, letak geografis dikaitkan dengan risiko. Padahal, tidak ada kaitan langsung antara letak geografis dengan penularan HIV.

Coba simak pernyataan ini: "Kendari memang masuk dalam jumlah terbesar. Setiap tahunnya presentase tertinggi juga Kendari. Hal itu mungkin karenakan  kota terbesar dan strategis untuk keluar masuk antar provensi." (Angka Penderita AIDS Tertinggi di Kendari, www.jpnn.com, 8/6-2011).

Letak geogaris Kota Kendari,ibukota Prov Sulawesi Tenggara (Sultra), itulah kemudian yang dikaitkan dengan kasus kumulaitf HIV/AIDS yang tinggi di kota itu. Disebutkan kasus HIV/AIDS di kota itu sampai tahun 2010 mencapai 38. Kasus lain ada di Kab Muna 24, Wakatobi 13, Buton dan Kolaka masing-masing 8, Baubau 6, Bombana 5, Konawe Selatan 4, Konawe 3, dan Konawe Utara 2.

Yang diabaikan adalah perilaku sebagian laki-laki dewasa di kota itu.

Pertanyaannya adalah: Apakah ada jaminan bahwa semua laki-laki dewasa penduduk Kota Kendari, asli atau pendatang, tidak pernah melakukan perilaku berisiko di Kota Kendari atau di luar kota?

Perilaku berisiko adalah:

(a). Laki-laki dewasa yang pernah atau sering melakukan hubungan seksual tanpa kondom, di dalam dan di luar nikah, dengan pasangan yang berganti-ganti di Kota Kendari atau di luar Kota Kenari.

(b). Laki-laki dewasa yang pernah atau sering melakukan hubungan seksual tanpa kondom, di dalam dan di luar nikah, dengan yang sering berganti-ganti pasangan, seperti pekerja seks komersial (PSK) langsung (PSK di jalanan, cafe, pub, tempat hiburan, panti pijat, lokasi dan lokalisasi pelacuran, losmen, hotel melati dan hotel berbintang) dan PSK tidak langsung (’anak sekolah’, ’mahasiswi’, ’cewek SPG’, ’cewek pemijat’, ’ibu-ibu rumah tangga’, ’ABG;, dll.), serta perempuan pelaku kawin-cerai di Kota Kendari atau di luar Kota Kenari.

Kalau jawabannya YA, maka tidak ada persoalan terkait dengan penyebaran HIV dengan faktor risiko (mode of transmission) hubungan seksual.

Tapi, kalau jawabannya TIDAK, maka ada persoalan besar terkait dengan penyebaran HIV dengan faktor risiko hubungan seksual. Indikatornya dapat dilihat dari kasus HIV/AIDS yang terdeteksi pada ibu-ibu rumah tangga.

Dikabarkan hasil survai Lembaga Advokasi HIV-AIDS (LAHA) Sultra tahun 2004 hingga 2010 ditemukan 127 kasus HIV/AIDS di Sultra, yang terdiri atas 77 laki-laki dan 50 perempuan. Penelitian ini dilakukan sejak. Menurut Direktur LAHA,  Abu Hasan, dar jumlah tersebut saat ini hanya tinggal 24. Namun, jadi ironis karena sejak 2004 jumlah kasus terus bertambah.

Sayang, dalam berita itu tidak dijelaskan faktor utama yang mendorong penyebaran HIV di Kota Kendari khususnya dan Sultra umumnya. Inilah yang membuat epidemi HIV di Sultra menjadi persoalan besar.

Jika faktor yang mendorong penyebaran HIV tidak ditangani dengan langkah yang nyata, maka epidemi HIV di Kota Kendari, maka kelak akan jadi ledakan AIDS. ***

Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun