Mohon tunggu...
Syaiful W. HARAHAP
Syaiful W. HARAHAP Mohon Tunggu... Blogger - Peminat masalah sosial kemasyarakatan dan pemerhati berita HIV/AIDS

Aktivis LSM (media watch), peminat masalah sosial kemasyarakatan, dan pemerhati (berita) HIV/AIDS

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

AIDS di Kota Baubau, Sulawesi Tenggara, Meresahkan Warga

22 Maret 2012   01:59 Diperbarui: 25 Juni 2015   07:38 791
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

“Kabar tentang penyebaran penyakit menular HIV/AIDS mulai meresahkan warga di Kota Baubau, sejumlah warga mengatakan hal ini sudah sangat mengkhawatirkan, pemerintah setempat diharapkan dapat mengantisipasinya dengan memberikan pemahaman tentang Virus mematikan tersebut.” Ini lead di beritaPenyebaran HIV AIDS, Resahkan Warga Baubau” di Harian “Baubau Pos”, Sulawesi Tenggara (17/3-2012).

Penyebaran HIV/AIDS bukan kabar, tapi fakta yang ditandai dengan kasus HIV/AIDS yang terdeteksi di masyarakat. Kasus kumulatif HIV/AIDS yang sudah terdeteksi di Kota Baubau sejak tahun 2004 sampai 2011 tercatat 20. Sayang, tidak ada perincian tentang kasus HIV dan AIDS serta kematian.

Kalau sudah ada keterangan dari instansi terkait tentang jumlah kasus yang sudah terdeteksi, maka masyarakat bisa melakukan upaya melindungi diri secara aktif tanpa harus menunggu campur tangan pemerintah. Lagi pula apa, sih, yang diharapkan dari pemerintah?

Program pemerintah sendiri hanya menanggulangi HIV/AIDS di hilir. Artinya, pemerintah menunggu ada dulu penduduk yang tertular HIV (hulu) baru ditangani (hilir).

Wartawan mewancarai Rahman, pedagang kaki lima pelabuhan Murhum. Rahman mengatakan bahwa penyakit AIDS sangat meresahkan warga, hal ini ditakutkan akan menular pada anak-anak, saudara-saudara dan keluarga kita akibatnya akan terjadi kematian dini.

Pernyataan Rahman itu menggambarkan pemahaman masyarakat Kota Baubau terhadap HIV/AIDS. HIV/AIDS pada anak-anak justru ditularkan oleh ibunya. Ibu anak itu tertular HIV dari suaminya.

Maka, terkait dengan penyebaran HIV/AIDS kuncinya ada pada laki-laki dewasa. Perilaku seks sebagian laki-laki dewasa yang tidak aman mendorong penyebaran HIV di Kota Baubau.

Rahman menyarankan agar yang sudah mengidap penyakit HIV dikarantina untuk dilakukan pengobatan yang intensif agar tidak meresahkan warga.

Pendapat Rahman itu lagi-lagi membuktikan informasiHIV/AIDS yang akurat tidak pernah sampai ke masyarakat. Biar pun penduduk yang terdeteksi HIV/AIDS dikarantina, di masyarakat banyak orang yang sudah mengidap HIV tapi tidak terdeteksi. Yang menjadi mata rantai penyebaran HIV justru orang-orang yang sudah mengidap HIV/AIDS tapi tidak terdeteksi.

Ines, warga Kelurahan Lanto, menilai pemerintah lalai dalam mencegah penyebaran HIV/AIDS. Buktinya tidak ada kontrol sosial, malah cenderung membiarkan pergaulan bebas: "Mana razia di hotel, mana razia orang pacaran di hutan-hutan, di cafe-café."

Pendapat Ines ini menunjukkan betapa informasi HIV/AIDS yang diterima masyarakat tidak layak sebagai informasi karena tidak akurat. Risiko tertular HIV ada pada diri orang per orang di mana saja dan kapan saja. Maka, tidak mungkin pemerintah melakukan kontrol kepada setiap orang terkait dengan perilaku seks mereka.

Di berita lain berjudul "Lagi, Dinkes Identivikasi Lima Penderita HIV/AIDS. Dominan Menyebar di Kecamatan Wolio” juga di Harian “Baubau Pos” (17/3-2012) disebutkan bahwa Dinas Kesehatan (Dinkes) Kota Baubau mendeteksi lima kasus HIV/AIDS baru.

Disebutkan bahwa ada isu yang berkembang di masyarakat, diduga salah satu penderita HIV/AIDS adalah anggota legislatif. Kabid Penanggulangan Penyakit dan Penyehatan Lingkungan Pemukiman (P2PLP), Dinas Kesehatan Kota Baubau, Mustamir Martosiswoyo, mengatakan: “ .... virus HIV/AIDS menyebar melalui empat cara, yakni seks bebas, transfusi darah, penggunaan jarum suntik atau narkoba, serta melalui pemberian air susu ibu (ASI).”

Ternyata tidak hanya masyarakat awam, pejabat di dinas kesehatan pun mengumbar mitos (anggapan yang salah). Disebutkan salah satu cara penularan HIV daalah ‘seks bebas’. Ini tidak akurat karena penularan HIV melalui hubungan seksual terjadi karena kondisi hubungan seksual (salah satu mengidap HIV dan laki-laki tidak memakai kondom pada saat sanggama) bukan karena sifat hubungan seksual (‘seks bebas’).

Disebutkan: “Melihat jumlah penderita HIV/AIDS yang sangat signivikan di Kota Baubau, secara kasat mata sangat berkorelasi dengan prilaku pergaulan bebas di kalangan anak muda dan dunia hiburan malam yang semakin menjamur di Kota Semerbak.”

Agaknya, ini kesimpulan wartawan yang dibuat berdasarkan opini dengan pijakan moralitasnya sendiri.Kalau ‘pergaulan bebas’ adalah zina atau melacur, maka: Apakah kalangan dewasa tidak ada yang perilakunya ‘pergaulan bebas’?

Kalau saja wartawan yang menulis berita ini melihat fakta empiris di lapangan tentulah akan membuka mata bahwa yang banyak di tempat hiburan justru kalangan dewasa. ***[Syaiful W. Harahap]***

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun