Mohon tunggu...
Syaiful W. HARAHAP
Syaiful W. HARAHAP Mohon Tunggu... Blogger - Peminat masalah sosial kemasyarakatan dan pemerhati berita HIV/AIDS

Aktivis LSM (media watch), peminat masalah sosial kemasyarakatan, dan pemerhati (berita) HIV/AIDS

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

AIDS di Kab Sukabumi Jabar: Gay Bukan (Karena) Korban Sodomi

11 Maret 2016   15:30 Diperbarui: 11 Maret 2016   15:37 259
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

 

Tata cara pelaporan kasus HIV/AIDS yang dilakukan oleh pemerintah, dalam hal ini Ditjen PP&P, Kemenkes RI, yang disebutkan adalah faktor risiko (cara penularan) berupa orientasi seksual, yaitu heteroseksual, homoseksual (gay dan waria), dan biseksual. Celakanya, di Kabupaten Sukabumi, Jabar, pelaporan kasus HIV/AIDS bertentangan dengan kebijakan pemerintah yaitu menyebutkan gay.

“Sedikitnya 44 gay (lelaki suka lelaki) di Kabupaten Sukabumi tertular penyakit HIV/AIDS. Jumlah pengidap HIV/AIDS dari komunitas gay ini lebih tinggi dibanding pengidap penyakit mematikan ini dari kalangan pekerja seksual komersil (PSK).” Ini lead berita “44 Gay di Sukabumi Tertular HIV/AIDS” (poskotanews.com, 10/3-2016).

Judul berita ini bombastis dan sensasional serta bertentangan dengan kebijakan cara-cara penanggulangan HIV/AIDS di Indonesia.

Sedangkan lead berita di itu juga amat sangat tidak membantu penanggulangan HIV/AIDS di Indonesia karena mengadung stigma (cap buruk) serta menyebarkan informasi yang tidak akurat.

Pertama, HIV/AIDS bukan penyakit. HIV adalah virus yang menular dari pengidap HIV/AIDS ke orang lain melalui cara-cara yang sangat khas yaitu: (a) hubungan seksual (seks vaginal, seks anal dan seks oral) di dalam dan di luar nikah dengan kondisi laki-laki tidak pakai kondom, (b) melalui transfusi darah, (c) melalui jarum suntik dan benda-benda yang bisa menyimpan darah, dan (d) melalui menyusui ASI. Sedangkan AIDS adalah kondisi yaitu keadaan seseorang yang sudah tertular HIV/AIDS antara 5-15 tahun yang ditandai dengan sistem kekebalan tubuh yang rendah sehingga mudah diserang penyakit lain.

Kedua, data 44 gay tsb. tidak akurat karena dalam berita tidak dijelaskan kasus pada lesbian, biseksual, dan transgender (waria). Bisa jadi 44 itu adalah kasus pada kalangan homoseksual.

Ketiga, HIV dan AIDS tidak mematikan. Sampai detik ini tidak ada kasus kematian karena HIV atau AIDS atau karena HIV/AIDS. Kematian pada pengidap HIV/AIDS disebabkan oleh penyakit-penyakit yang muncul pada masa AIDS, disebut infeksi oportunistik, seperti diare, TBC, dll.

Keempat, kasus HIV/AIDS pada PSK akan kecil karena 1 PSK melayani 3-5 laki-laki per malam. Lagi pula kasua HIV/AIDS pada PSK hanya diperoleh melalui kegiatan survailans yang tidak berkesinambungan.

Dengan empat hal di atas lead berita ini sama sekali tidak memberikan pencerahan kepada masyarakat agar lebih waspada, tapi mendorong masyarakat memusuhi ‘gay’, dalam hal ini bisa saja homoseksual.

Selain itu judul dan lead berita ini pun merusak tatanan penanggulangan HIV/AIDS karena mengabaikan fakta berupa kasus pada heteroseksual. Judul dan lead berita ini pun membuat banyak orang, terutama laki-laki heteroseksual, lalai sehingga mereka melakukan perilaku berisiko karena mereka menganggap tidak berisiko karena bukan gay.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun