Mohon tunggu...
Syaiful W. HARAHAP
Syaiful W. HARAHAP Mohon Tunggu... Blogger - Peminat masalah sosial kemasyarakatan dan pemerhati berita HIV/AIDS

Aktivis LSM (media watch), peminat masalah sosial kemasyarakatan, dan pemerhati (berita) HIV/AIDS

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

AIDS di Kab Bangka Selatan: Mengabaikan Laki-laki Penular HIV ke PSK

4 Juni 2011   12:11 Diperbarui: 26 Juni 2015   04:52 113
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Penemuan kasus HIV/AIDS pada pekerja seks komersial (PSK) ternyata tidak dicermati secara komprehensif. Itulah yang terjadi di Kab Bangka Selatan, Prov Bangka Belitung. Melalui serangkaian kegiatan Tim Kementerian Kesehatan Direktorat Penyakit Menular bersama Dinas Kesehatan dan Dinas Sosial Tenaga Kerja Bangka Selatan mendeteksi 2 PSK yang mengidap HIV dari 63 PSK yang dites di 16 titik tempat hiburan di Bangka Selatan (2 PSK di Bangka Selatan Terindikasi HIV, www.mediaindonesia.com, 13/5-2011).

Kasus dua PSK yang terdeteksi HIV itu seakan-akan berdiri sendiri karena tidak dikaitkan dengan epidemi HIV di tataran masyarakat Bangka Selatan. Penularan HIV pada dua PSK itu ada dua kemungkinan.

Pertama, PSK yang terdeteksi HIV itu tertular dari laki-laki penduduk lokal, asli atau pendatang. Laki-laki itu bisa saja sebagai seorang suam, pacar, lajang, duda atau remaja. Kemudian ada pula laki-laki lain penduduk lokal, asli atau pendatang, yang tertular dari PSK yang ditulari penduduk tadi. Maka, laki-laki yang menularkan HIV kepada PSK dan yang tertular HIV dari PSK akan menjadi mata rantai penyebaran HIV di masyarakat, terutama melalui hubungan seksual tanpa kondom di dalam dan di luar nikah. Penyebaran HIV oleh laki-laki tsb. dapat dilihat dari kasus HIV/AIDS yang terdeteksi pada ibu-ibu rumah tangga.

Kedua, ada kemungkinan dua PSK yang terdeteksi HIV itu sudah mengidap HIV ketika mulai ’praktek’ di Bangka Selatan. Jika ini yang terjadi maka ada laki-laki penduduk lokal, asli atau pendatang, yang tertular HIV yaitu yang melakukan hubungan seksual tanpa kondom dengan PSK. Laki-laki ini pun bisa saja sebagai seorang suam, pacar, lajang, duda atau remaja. Laki-laki ini pun akan menjadi mata rantai penyebaran HIV di masyarakat, terutama melalui hubungan seksual tanpa kondom di dalam dan di luar nikah. Penyebaran HIV oleh laki-laki tsb. dapat dilihat dari kasus HIV/AIDS yang terdeteksi pada ibu-ibu rumah tangga.

Ketiga, tes HIV dengan reagent ELISA baru bisa mendeteksi antibody HIV di darah dua PSK itu karena mereka minimal sudah tertular tiga bulan sebelum tes. Maka, dalam tiga bulan itu sudah360 (2 PSK x 3 laki-laki per malam x 20 hari kerja x 3 bulan) laki-laki penduduk lokal, asli atau pendatang, yang berisiko tertular HIV.

Fakta-fakta itulah yang sering luput dari perhatian, seperti yang terjadi di Bangka Selatan ini. Dengan menemukan PSK yang mengidap HIV dianggap sudah menyelesaikan masalah. Bahkan, dikabarkan semua PSK akan dites. Tapi, Pemkab Bangka Selatan lupa kalau sudah banyak penduduknya yang berisiko tertular HIV.

Celakanya, tidak ada mekanisme yang bisa mendeteksi HIV di masyarakat sehingga banyak penduduk yang tidak menyadari dirinya sudah mengidap HIV. Akibatnya, mereka menularkan HIV kepada orang tanpa mereka sadari.

Disebutkan: ”Dari hasil pendataan dan pemeriksaan virus yang terdapat pada 2 PSK tersebut, dipastikan menular melalui hubungan seks komersial ataupun kebebasan seks lainnya.”

Mengaitkan penularan HIV dengan ’hubungan seks komersial’ dan ’kebebasan seks’ merupakan mitos (anggapan yang salah) karena penularan HIV melalui hubungan seksual bisa terjadi di dalam dan di luar nikah. Tidak ada kaitan langsung antara penularan HIV dengan sifat hubungan seksual (’hubungan seks komersial’ dan ’kebebasan seks’).

Penularan HIV melalui hubungan seksual di dalam dan di luar nikah (sifat hubungan seksual) bisa terjadi kalau salah satu dari pasangan itu mengidap HIV dan laki-laki tidak memakai kondom setiap kali sanggama (kondisi hubungan seksual).

Dikabarkan: ’ ....Dinkes Basel dalam waktu dekat akan melakukan pendekatan secara persuasif agar pengidap HIV Aids ini tidak lagi melakukan praktik seks komersial, karena penularan HIV terbesar adalah melalui hubungan seksual.”

Lagi-lagi langkah ini menunjukkan pemahaman terhadap epidemi HIV yang tidak akurat, karena:

(a). Ada kemungkinan 61 PSK yang dinyatakan HIV-negatif tidak akurat karena bisa saja terjadi ketika dites mereka masih pada masa jendela yaitu tertular di bawah tiga bulan. Maka, hasil tes tsb. bisa negatif palsu (HIV sudah ada di dalam darah tapi tidak terdeteksi). Soalnya, tes HIV dengan reagent ELISA mendeteksi antibody HIV bkan virus. Antibody HIV baru ada dalam darah orang yang tertular HIV minimal tiga bulan setelah tertular. Maka, kasus HIV-negatif palsu justru jadi bumerang karena mereka dinyatakan tidak mengidap HIV.

(b). Tidak ada upaya penanganan terhadap laki-laki yang menjadi pelanggan PSK sehingga penyebaran HIV dari masyarakat ke PSK dan sebaliknya akan terus terjadi.

(c). Penanggulangan HIV di kalangan PSK bukan dengan melarang PSK yang terdeteksi HIV melakukan pekerjaanya, tapi memaksa laki-laki memakai kondom jika sanggama dengan setiap PSK melalui intervensi pemerintah.

Selama yang menjadi ’sasaran tembak’ hanya PSK, maka penyebaran HIV tidak akan pernah bisa ditanggulangi karena penularan HIV dari laki-laki ke PSK dan sebaliknya akan terus terjadi. Pemkab Bangka Selatan tinggal menunggu ’ledakan’ AIDS. ***

Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun