Mohon tunggu...
Syaiful W. HARAHAP
Syaiful W. HARAHAP Mohon Tunggu... Blogger - Peminat masalah sosial kemasyarakatan dan pemerhati berita HIV/AIDS

Aktivis LSM (media watch), peminat masalah sosial kemasyarakatan, dan pemerhati (berita) HIV/AIDS

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

AIDS di Bali: (Virus) HIV Memilih ‘Menyerang’ Usia Produktif

23 Mei 2011   18:25 Diperbarui: 26 Juni 2015   05:18 279
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sebagai virus ternyata HIV di Bali 'pilah-pilih' korban yaitu 'menyerang' usia produktif. Maka, sebelum menulari seseorang virus itu kulo nuwun: Anda bayi, anak-anak, usia produktif atau dewasa? Nah, HIV di Bali rupanya memilih korban di usia produktif. Inilah gambaran dari berita "HIV/AIDS Mulai Menyerang Usia Produktif" (regional.kompas.com, 20/5-2011).

Kesimpulan 'HIV menyerang usia produktif' bertolak dari: "Virus HIV penyebab AIDS menyerang sebagian besar usia produktif di Bali, yakni mencapai 79,88 persen dari penyidap virus hilangnya kekebalan daya tubuh tersebut yang mencapai 4.314 kasus."

Sayang, dalam berita tidak ada penjelasan tentang mengapa HIV/AIDS banyak terdeteksi pada usia 20-29 tahun. Soalnya, kasus pada rentang umur ini mencapai 1.932 (44,78 persen). Ada kemungkinan mereka ini sebagai penyalahguna narkoba (narkotik dan bahan-bahan berbahaya) dengan jarum suntik yang bergantian. Soalnya, mereka ini wajib menjalani tes HIV jika hendak rehabilitasi.

Sebaliknya, kasus HIV/AIDS pada kalangan dewasa, teruama laki-laki 'hidung belang' tidak banyak terdeteksi karena tidak ada mekanisme yang sistematis untuk mendeteksi HIV/AIDS pada kalangan ini. Kasus HIV/AIDS pada laki-laki dewasa yang tidak terdeteksi dapat dilihat dari kasus HIV/AIDS pada ibu-ibu rumah tangga.

Sedangkan pada rentang usia 30-39 tahun yang mencapai 1.514 kasus (35,10 persen) kemungkinan melalui hubungan seksual yang tidak aman. Laki-laki pada usia ini banyak yang sudah bekerja sehingga mempunyai uang untuk membeli seks serta narkoba.

Kasus-kasus HIV/AIDS yang terdeteksi tidak menggambarkan kasus yang riil di masyarakat. Angka-angka itu hanya sebagian kecil dari kasus yang ada di masyarakat. Ini merupakan pertanda buruk bagi Bali terkait dengan penyebaran HIV.

Nah, kasus-kasus yang tidak terdeteksi akan menjadi mata rantai penyebaran HIV secara horizontal di masyarakat. Semua terjadi tanpa disadari karena tidak ada tanda-tanda yang khas AIDS pada fisik orang-orang yang sudah tertular HIV sebelum masa AIDS (anara 5-15 tahun setelah tertular HIV).

Untuk itulah diperlukan sosialisasi cara-cara penularan dan pencegahan HIV yang akurat. Celakanya, hal ini tidak dilakukan di Bali khususnya dan di Indonesia pada umumnya.

Dikabarkan: Pemerintah Provinsi Bali berupaya menekan laju penyebaran HIV/AIDS dengan dukungan Peraturan Daerah (Perda) Prov Bali Nomor 3 Tahun 2006 tentang Kondomnisasi. Judul perda ini salah yang benar adalah: tentang Penanggulangan HIV dan AIDS.

Lagi pula di Indonesia tidak ada program kondomisasi. Yang dilakukan pemerintah ada sosialisasi kondom sebagai alat untuk menekan risiko penularan HIV melalui hubungan seksual berisiko, yaitu pada:

(a). Laki-laki dan perempuan dewasa yang melakukan hubungan seksual, di dalam dan di luar nikah, dengan pasangan yang berganti-ganti.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun