Kalau seks bebas yang dimaksud Agus adalah zina atau hubungan seksual di luar nikah, maka melakukan seks bebas tidak otomatis tertular HIV/AIDS karena kalau keduanya tidak mengidap HIV/AIDS maka pada zina tersebut tidak ada risiko penularan HIV/AIDS.
Disebutkan pula: Agus menekankan bahwa edukasi menjadi kunci utama dalam upaya pencegahan penyebaran HIV/AIDS.
Selama informasi tentang HIV/AIDS dalam KIE dibalut dan dibumbui dengan norma, moral dan agama maka informasi yang akurat sesuai fakta medis tidak akan sampai ke masyarakat karena yang disebarluaskan hanya mitos. Misalnya, menyebut penularan HIV/AIDS karena seks bebas (baca: zina).
Kalau benar seks bebas (zina) penyebab penularan HIV/AIDS, maka semua pasangan suami-istri yang hamil duluan sebelum menikah sudah tertular HIV/AIDS.
Faktanya: Tidak!
Maka, mengaitkan seks bebas dengan penularan HIV/AIDS adalah hoaks alias bohong.
Segencar apapun sosialisasi kalau hanya mitos itu tidak akan berguna karena yang bisa memutus mata rantai penyebaran HIV/AIDS hanya orang per orang.
Baca juga: Hanya Orang per Orang yang Bisa Memutus Mata Rantai Penularan HIV/AIDS Melalui Hubungan Seksual (Kompasiana, 3 Juni 2024)
Kalaupun Pemkot Surabaya menutup tempat-tempat yang bisa terjadi transaksi seksual, itu pun tidak efektif karena bisa saja warga Kota Surabaya melalui perilaku seksual yang berisiko tertular HIV/AIDS di luar Kota Surabaya bahkan di luar negeri.
Buktinya, Pemkot Surabaya 'menutup' Dolly, tapi kasus HIV/AIDS terus bertambah karena bisa saja praktek prostitusi beralih ke transaksi daring (dalam jaringan, seperti media sosial) yang justru tidak bisa diintervensi oleh pemerintah.