Sayang sekali, dalam berita tidak ada informasi tentang jumlah bayi dan ibu rumah tangga (istri) pengidap HIV/AIDS dan jumlah laki-laki dewasa (heteroseksual dan biseksual) yang terdeteksi mengidap HIV/AIDS.
Padahal, informasi tersebut merupakan human interest jika dieksplorasi wartawan dengan membawa fakta tersebut ke ranah social settings.
Disebutkan: Yang lebih mengkhawatirkan, mayoritas penderita berada di usia produktif, .... Ini merupakan realitas sosial jika berpijak pada fakta bahwa pada rentang usia produktif libido atau hasrat seksual sedang menggebu-gebu.
Bagi yang mempunyai pekerjaan mereka bisa membeli seks untuk menyalurkan libido dengan pekerja seks langsung (kasat mata) dan pekerja seks tidak langsung (tidak kasat mata).
Yang perlu diingat PSK ada dua tipe, yaitu:
(1). PSK langsung adalah PSK yang kasat mata yaitu PSK yang ada di lokasi atau lokalisasi pelacuran atau di jalanan. Tapi, sejak reformasi ada gerakan moral menutup semua lokalisasi pelacuran di Indonesia sehingga lokaliasi pelacuran pun sekarang pindah ke media sosial. Transaksi seks pun dilakukan melalui ponsel, sedangkan eksekuasinya dilakukan sembarang waktu dan di sembarang tempat. PSK langsung pun akhirnya 'ganti baju' jadi PSK tidak langsung.
(2). PSK tidak langsung adalah PSK yang tidak kasat mata yaitu PSK yang menyaru sebagai cewek pemijat, cewek kafe, cewek pub, cewek disko, pemandu lagu, anak sekolah, ayam kampus, cewek gratifikasi seks (sebagai imbalan untuk rekan bisnis atau pemegang kekuasaan), PSK high class, dan cewek PSK online. Transaksi seks terjadi melalui berbagai cara, antara lain melalui ponsel.
Persoalannya adalah informasi HIV/AIDS yang disebarkan melalui komunikasi, informasi dan edukasi (KIE) selalu dibalut dan dibumbui dengan norma, modal dan agama sehingga menenggelamkan fakta medis tentang HIV/AIDS dan menyuburkan mitos (anggapan yang salah) tentang HIV/AIDS.
Baca juga: Kasus HIV/AIDS pada Remaja Akibat Materi KIE HIV/AIDS yang Hanya Mitos (Kompasiana, 25 Oktober 2022)
Misalnya, mengait-ngaitkan 'seks bebas' (istilah ini ngawur bin ngaco) dengan penularan HIV/AIDS. Padahal, secara empiris penularan HIV/AIDS melalui hubungan seksual bisa terjadi di dalam dan di luar nikah jika salah satu atau kedua pasangan yang melakukan hubungan seksual mengidap HIV/AIDS dan laki-laki tidak memakai kondom. Ini fakta!
Dalam berita ini pun ada mitos yaitu dalam pernyataan: Agus (Anggota Komisi D DPRD Surabaya, Agus Mashuri-Pen.) mengungkapkan bahwa salah satu faktor utama penyebab lonjakan kasus HIV/AIDS ini adalah penggunaan jarum suntik bersama dan perilaku seks bebas yang masih marak terjadi.