Mohon tunggu...
Syaiful W. HARAHAP
Syaiful W. HARAHAP Mohon Tunggu... Blogger - Peminat masalah sosial kemasyarakatan dan pemerhati berita HIV/AIDS

Aktivis LSM (media watch), peminat masalah sosial kemasyarakatan, dan pemerhati (berita) HIV/AIDS

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

Aktif Secara Seksual Tidak Otomatis Terkait dengan Risiko Tertular HIV/AIDS

30 September 2024   08:28 Diperbarui: 30 September 2024   08:39 93
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi (Sumber: clarksvillenow.com)

"Seseorang yang aktif secara seksual dan berisiko terinfeksi human immunodeficiency virus (HIV), perlu segera untuk menjalani tes HIV. Gejala HIV sendiri meliputi penurunan berat badan yang signifikan, pembengkakan kelenjar getah bening, sariawan di mulut, serta ruam kulit." Ini lead di artikel Segera Jalani Tes HIV Jika Menemukan 6 Gejala Ini (halodoc.com, 7/8/2024).

Terkait dengan lead artikel di atas ada beberapa hal yang perlu dikoreksi, yaitu:

Pertama, tidak semua orang yang aktif secara seksual berisiko tertular HIV/AIDS karena risiko tertular HIV/AIDS melalui hubungan seksual tergantung pada kondisi ketika terjadi hubungan seksual, dalam hal ini seks penetrasi (vaginal dan anal), yaitu:

  • Salah satu atau keduanya mengidap HIV/AIDS,
  • Laki-laki tidak memakai kondom.

Dalam artikel tidak disebutkan kapan, bagaimana dan mengapa seseorang yang aktif secara seksual berisiko tertula HIV/AIDS melalui hubungan seksual.

Kedua, setiap orang yang aktif secara seksudal tidak otomatis melakukan hubungan seksual penetrasi, karena ada kegiatan seperti onani (laki-laki) dan masturbasi (perempuan).

Ketiga, semua gejala yang disebut terkait dengan HIV/AIDS pada orang-orang yag aktif secara seksual tidak otomatis karena infeksi HIV/AIDS karena gejala-gejala tersebut bisa juga terjadi karena penyebab lain, seperti kuman, bakteri dan lain-lain.

Baca juga: Gejala HIV/AIDS Tidak Otomatis Terkait dengan Infeksi HIV/AIDS (Kompasiana,  6/4/2021)

Dengan mengumbar gejala yang selalu dikaitkan dengan HIV/AIDS akan merusak sistem atau tatanan penanggulangan HIV/AIDS secara nasional di Indonesia karena orang-orang, terutama laki-laki dewasa, dengan perilaku seksual berisiko tertular HIV/AIDS merasa aman karena tidak mengalami gejala-gejala tersebut.

Soalnya, orang-orang yang tertular HIV/AIDS tidak otomatis menunjukkan gejala, tapi mereka bisa menularkan HIV/AIDS ke orang lain, terutama melalui hubungan seksual tanpa kondom di dalam dan di luar nikah.

Maka, yang dianjurkan untuk tes HIV secara sukarela bukan karena gejala semata, tapi bagi siapa saja yang pernah atau sering melakukan perilaku seksual berisiko tertular HIV/AIDS, yaitu:

  • laki-laki dewasa yang pernah atau sering melakukan hubungan seksual penetrasi (vaginal atau anal) di dalam dan di luar nikah dengan perempuan yang berganti-ganti dengan kondisi laki-laki tidak memakai kondom,
  • laki-laki dewasa yang pernah atau sering melakukan hubungan seksual penetrasi (anal) dengan Waria yang berganti-ganti dengan kondisi yang menganal tidak memakai kondom,
  • perempuan dewasa yang pernah atau sering melakukan hubungan seksual penetrasi (vaginal atau anal) di dalam dan di luar nikah dengan laki-laki yang berganti-ganti dengan kondisi laki-laki tidak memakai kondom,
  • perempuan dewasa yang pernah atau sering melakukan hubungan seksual penetrasi (vaginal atau anal) dengan Waria yang berganti-ganti dengan kondisi yang Waria tidak memakai kondom,
  • laki-laki dewasa yang pernah atau sering melakukan hubungan seksual penetrasi (vaginal atau anal) dengan perempuan yang sering ganti-ganti pasangan, seperti pekerja seks komersial (PSK langsung -- kasat mata) dan PSK tidak langsung (tidak kasat mata) dengan kondisi laki-laki tidak memakai kondom,
  • perempuan dewasa yang pernah atau sering melakukan hubungan seksual penetrasi (vaginal atau anal) dengan gigolo dengan kondisi gigolo tidak memakai kondom.

Sudah saatnya menyampaikan fakta terkait dengan risiko tertular HIV/AIDS yang berpijak pada fakta medis agar tidak menyuburkan mitos (anggapan yang salah).

Begitu juga dengan anjuran tes HIV secara sukarela, sejatinya disebarluaskan dengan materi yang berpijak pada fakta medis agar mata rantai penyebaran HIV/AIDS bisa diputus.

Pada tes HIV secara sukarela ada konseling sebelum dan sesudah tes. Salah satu hal yang dibahas adalah kesediaan yang akan jalani tes HIV untuk menghentikan penularan HIV/AIDS jika terdeteksi HIV-positif dan bersedia pula mengikuti program pengobatan dengan obat antiretroviral (ART). <>

* Syaiful W Harahap adalah penulis buku: (1) PERS meliput AIDS, Pustaka Sinar Harapan dan The Ford Foundation, Jakarta, 2000; (2) Kapan Anda Harus Tes HIV?, LSM InfoKespro, Jakarta, 2002; (3) AIDS dan Kita, Mengasah Nurani, Menumbuhkan Empati, tim editor, BPK Gunung Mulia, Jakarta, 2014; (4) Menggugat Peran Media dalam Penanggulangan HIV/AIDS di Indonesia, YPTD, Jakarta, 2022.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun