Diperkirakan anjing sudah dipakai untuk berbagai keperluan, termasuk pelacakan, sejak abad pertengahan. Tapi, yang tercatat baru sejak tahun 1942 ketika Komandan Perang AS, Robert P. Patterson, memanfaatkan anjing melalui Korps K-9 untuk tujuan militer. Pada tahun 1959 Angkatan Darat AS mendaftarkan K-9 sebagai symbol di Kantor Merek Dagang AS.
Di Mataram, NTB, misalnya, 23/5-2022, seorang laki-laki dipanah di lengan kirinya. Kalau saja K-9 diikutkan tentu bisa mengendus bau di anak panah untuk mencari yang memanah.
Hal yang sama terjadi pada kasus penculikan tiga anak-anak di Kabupaten Langkat, Sumut, pada tahun 2020. Kalau saja K-9 dipakai tentulah bisa dilacak arah ketiga anak-anak itu dibawa atau pergi.
Sudah saatnya BNPB dan SAR serta polisi memanfaatkan K-9 untuk menemukan korban pada bencana alam, serta korban dan pelaku pada kasus-kasus kriminalitas.
Anjing mempunya 300 juta reseptor penciuman di hidung, sedangkan manusia hanya sekitar 6 juta. Otak anjing mampu menganalisis bau sekitar 40 kali lebih besar dari manusia. Selain itu anjing mempunyai neofilia yaitu ketertarikan pada bau baru. Daya cium anjing dalam kondisi cuaca yang baik bisa mencapai 20 kilometer.
Sedangan dari aspek kemampuan mendengar suara, manusia hanya bisa mendengar suara dengan frekuensi 20 Hz, sedangkan anjing mampu mendengar suara pada rentang 70 - 100 kHz (dari berbagai sumber). <>
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H