Mohon tunggu...
Syaiful W. HARAHAP
Syaiful W. HARAHAP Mohon Tunggu... Blogger - Peminat masalah sosial kemasyarakatan dan pemerhati berita HIV/AIDS

Aktivis LSM (media watch), peminat masalah sosial kemasyarakatan, dan pemerhati (berita) HIV/AIDS

Selanjutnya

Tutup

Olahraga Pilihan

Indonesia Hanya Berkutat di Cabang Olahraga yang Minim Medali Emas

10 Agustus 2024   14:05 Diperbarui: 10 Agustus 2024   14:08 41
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Olimpiade Paris 2024 (Sumber: fattiretours.com)

Sejak Indonesia pertama kali raih medali emas di olimpiade yaitu melalui Susi Susanti dan Alan Budikusuma, keduanya di cabang olahraga (Cabor) yang sama yaitu bulutangkis, di Olimpiade Barcelona, Spanyol, 1992, Indonesia selalu mengandalkan bulutangkis sebagai penambang medali emas.

Sejauh ini Indonesia sudah meraih dua medali emas di Olimpiade Paris 2024, yaitu: Rizki Juniansyah (angkat besi) dan Veddiq Leonardo (panjat tebing).

Celakanya, belakangan kian banyak negara yang menggeluti bulutangkis. Tidak hanya Asia dan Eropa, tapi pebulutangkis dari Amerika Serikat, Amerika Selatan dan Afrika juga sudah mulai unjuk gigi di arena kejuaraan bulutangkis tingkat dunia.

Kebanggaan atlet dan negara di olimpiade adalah raihan medali, terutama medali emas, di atletik, renang dan tinju.

Ini terkait dengan semboyan olimpiade: Citius, Altius, Fortius (Faster, Higher, Stronger) yaitu Lebih Cepat, Lebih Tinggi, Lebih Kuat.

Semboyan Olimpiade di pintu masuk Kawasan GBK Jakarta. Citius, Altius, Fortius. (Sumber: Kompas.com/Josephus Primus)
Semboyan Olimpiade di pintu masuk Kawasan GBK Jakarta. Citius, Altius, Fortius. (Sumber: Kompas.com/Josephus Primus)

Pada Cabor atletik dan renang ada pemecahan rekor, yaitu rekor dunia dan olimpiade. Selain memecahkan rekor ada juga yang memecahkan rekor sendiri. Ada juga peraih lebih dari satu medali emas. Sebut saja perenang asal Amerika Serikat (AS), Michael Phelps, jadi atlet dengan koleksi medali terbanyak di dunia sepanjang sejarah olimpiade dengan total 28 medali,  23 di antaranya medali emas.

Di Cabor tenis lapangan media emas disebut golden slam, sedangkan juara di turnamen tenis dunia disebut juara grand slam. Adalah petenis tunggal putri Jerman, Steffi Graf, yang raih medali emas di Olimpiade Seoul 1988 sedangkan grand slamnya ada 22. Belakangan di Olimpiade Paris 2024 petenis tunggal putra Serbia, Novak Djokovic dengan 24 grand slam, juga raih golden slam dengan mengalahkan petenis Spanyol, Carlos Alcaraz.

Sedangkan pada Cabor tinju peraih medali emas, terutama kelas berat, akan pindah ke ranah profesional, seperti Mohamad Ali yang memenangkan medali emas kelas berat ringan di Olimpiade Roma 1960. Selain Ali ada sedikitnya tujuh petinju kelas berat yang sebelumnya peraih medali emas di kancah olimpiade.

Sudah saatnya Indonesia, dalam hal ini Kemenpora, lebih arif agar membina Cabor-cabor tambang medali emas di olimpiade (313 medali emas), seperti:

  • Atletik: 48
  • Renang: 37
  • Judo dan menembak masing-masing: 15
  • Senam irama dan mendayung masing-masing: 14
  • Tinju: 13
  • Anggar, gulat dan sepeda masing-masing: 12
  • Kano, layar dan angkat berat masing-masing: 10

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Olahraga Selengkapnya
Lihat Olahraga Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun