Mohon tunggu...
Syaiful W. HARAHAP
Syaiful W. HARAHAP Mohon Tunggu... Blogger - Peminat masalah sosial kemasyarakatan dan pemerhati berita HIV/AIDS

Aktivis LSM (media watch), peminat masalah sosial kemasyarakatan, dan pemerhati (berita) HIV/AIDS

Selanjutnya

Tutup

Joglosemar Pilihan

Dilema Kaki Lima Malioboro Yogyakarta

2 Agustus 2024   00:00 Diperbarui: 2 Agustus 2024   00:03 63
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi -- Teras Malioboro 2 (Foto: salsawisata.com)

Ketika pertama kali berkunjung ke Kota Jogja, yang juga dikenal sebagai Yogyakarta, di awal tahun 1970-an selepas SLTA dari Kota Medan, Sumatera Utara (Sumut), suasana kaki lima atau emperan toko di sepanjang Jalan Malioboro, terutama di sisi barat, mulai dari pintu kereta Stasiun Tugu sampai Bioskop Indra penuh dengan pedagang oleh-oleh berupa barang kerajinan.

Memang, jalan kaki di kaki lima Malioboro jadi tidak nyaman. Tapi, sepertinya itu merupakan ciri khas Malioboro yang jadi cerita yang tidak berkesudahan.

Dengan kondisi itu tidak memungkinkan untuk jalan bergandengan karena jalan sendiri saja sudah saling senggolan. Padahal, dengan bergandengan terutama bagi suami-istri dan pasangan yang pacaran jadi bagian dari romantisme jalan-jalan di jalan yang penuh dengan kenangan yang mendunia itu.

Agaknya, daripada menyebut Jogja atau Yogyakarta lebih cepat diterima sebutan Malioboro karena dengan menyebut Yogyakarta banyak aspek di sana, tapi dengan menyebut Malioboro otomatis sebagai Jogja.

Memang, ada juga sebutan khas untuk Jogya yaitu 'Kota Gudeg' yang menunjukkan makanan khas kota yang juga dapat julukan sebagai 'Kota Pelajar' ini.

Baca juga: Memimpikan 'Kesultanan Jogjakarta' Sebagai 'Monaco'-nya Indonesia

Yogyakarta sendiri pernah jadi Ibu Kota RI ketika dipindahkan secara diam-diam pada 4/1/1946 sampai 27/12/1949. Gedung Agung yang merupakan salah satu istana negara yang terletak di ujung selatan Malioboro dijadikan sebagai kantor pusat pemerintah RI.

Pemindahan Ibu Kota RI tersebut merupakan upaya Sri Sultan Hamengku Buwono IX untuk menjaga keamaman Presiden Soekarno yang ketika itu dinilai lebih aman dariapda berkantor di Jakarta.

Yogyakarta jadi ikon pariwisata nasional dengan objek wisata budaya dan alam. Kraton jadi tujuan wisata dunia, dengan Candi Borobudur (yang sejatinya masuk wilayah administrasi Jawa Tengah) dan Candi Prambanan yang juga jadi magnet bagi wisatawan nusantara dan mancanegara. Objek wisata alam juga memanjakan wisatawan.

Hanya Pulau Bali yang bisa 'mengalahkan' Yogyakarta dalam hal tingkat kunjungan, tapi itu terjadi karena tingkat permisivisme yang tinggi di Bali jika dibandingkan dengan Yogyakarta.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Joglosemar Selengkapnya
Lihat Joglosemar Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun