"Perilaku seks bebas menjadi penyebab utama kasus HIV /AIDS di Kota Lhokseumawe (Aceh-Pen.) terus meningkat setiap tahun. Kini total penderita HIV/AIDS di kota yang pernah dikenal dengan julukan 'Petro Dolar' itu mencapai 106 kasus." Ini lead pada berita "Seks Bebas Faktor Penularan HIV/AIDS di Lhokseumawe" (habaaceh.id, 12/7/2024).
Di Indonesia frasa 'seks bebas' selalu dikaitkan dengan penularan HIV/AIDS. Celakanya, tidak jelas apa yang dimaksud dengan 'seks bebas' secara eksplisit.
'Seks bebas' sendiri merupakan terjemahan bebas dari 'free sex' yang justru tidak ada dalam kamus-kamus Bahasa Inggris.
Baca juga: Seks Bebas Jargon yang Bebas Stigma Sebagai Pembenaran Berzina dan Melacur
Dalam kosa kata Bahasa Inggris tidak dikenal terminologi free sex. Tidak ada laman free sex di kamus bahasa Inggris. Yang ada adalah free love yaitu hubungan seksual tanpa ikatan nikah (The Advanced Learner's Dictionary of Current English, Oxford University Press, London, 1963).
Baca juga:Â "Seks Bebas" Jargon Moral yang Menyesatkan dan Menyudutkan Remaja
Celakanya, 'seks bebas' jadi jargon yang tidak jelas juntrungannya karena menyesatkan. Rancu dan ngawur. Soalnya, 'seks bebas' hanya dikaitkan dengan zina, terutama pada kalangan remaja. Ini mengesankan bahwa zina di kalangan dewasa, termasuk yang terikat dalam pernikahan, tidak termasuk 'seks bebas.' Ironis!
Kalau kemudian 'seks bebas' dimaknai sebagai zina yang menyebabkan penularan HIV/AIDS, maka kesimpulan premisnya yaitu pasangan yang menikah karena hamil duluan adalah pengidap HIV/AIDS.
Faktanya, tidak! Maka, mengaitkan seks bebas dengan penularan HIV/AIDS adalah ngawur bin ngaco.
Baca juga: Sebut Tertular HIV/AIDS akibat Seks Bebas adalah Hoaks