Catatan: Artikel ini merupakan selisik media karena tergerak untuk menyampaikan informasi tentang HIV/AIDS yang benar sesuai dengan fakta medis. Informasi yang akurat tentang cara penularan dan pencegahan HIV/AIDS merupakan 'vaksin AIDS.' Penulis.
"Angka penderita HIV/AIDS di Kota Manado, Sulawesi Utara, mencapai 101 orang hanya dalam waktu 6 bulan pertama di tahun 2024. Direktur Perkumpulan Keluarga Berencana Indonesia (PKBI) Sulut, Jennifer Mawikere, mengatakan jumlah tersebut berasal dari 4 komunitas yang pihaknya dampingi." Ini lead pada berita "HIV/AIDS di Sulut: Capai 101 Kasus pada Semester I 2024 di Manado. Kasus HIV/AIDS di Manado perlu jadi perhatian" (sulsel.idntimes.com, 10/7/2024).
Ada yang perlu diperhatikan pada lead berita di atas, yaitu: penyebutan 'penderita HIV/AIDS' tidak tepat karena orang-orang yang tertular HIV/AIDS tidak otomatis menderita. Bahkan, jika orang-orang yang HIV-positif menjalani terapi yaitu pengobatan dengan obat antiretroviral/ART, maka kesehatan mereka akan baik.
Dalam berita disebutkan: Dari 101 penderita baru HIV/AIDS, 12 di antaranya berasal dari PSP (pekerja seks perempuan-Pen.).
Celakanya, baik wartawan maupun narasumber, dalam hal ini Direktur PKBI Sulut, Jennifer Mawikere, tidak membawa data atau fakta ini ke realitas sosial. Ada kesan kasus HIV/AIDS pada pekerja seks komersial (PSK-istilah ini lebih memasyarakat sehingga memudahkan pembaca memahami berita-Pen.) tidak jadi masalah (besar).
Baca juga: PNS di Sulut Salah Satu Mata Rantai 'Penyebar" HIV/AIDS
Padahal, kasus HIV/AIDS yang terdeteksi pada PSK menggambarkan beberapa fakta, yaitu:
Pertama, 12 PSK itu bisa jadi tertular HIV/AIDS dari laki-laki warga setempat, dalam hal ini Sulut. Soalnya, tidak ada program tes HIV terhadap PSK yang masuk ke Sulut sehingga tidak diketahui status HIV mereka ketika mulai melayani laki-laki di Sulut.
Kedua, itu artinya paling tidak ada 12 laki-laki dewasa warga Sulut yang mengidap HIV/AIDS yaitu yang menularkan HIV/AIDS ke PSK tersebut.
Nah, kalau 12 laki-laki itu mempunyai istri, maka ada risiko penularan secara horizontal melalui hubungan seksual tanpa kondom. Jika istri mereka tertular HIV/AIDS maka ada pula risiko penularan HIV/AIDS secara vertikal dari ibu-ke-bayi yang dikandungnya.