Sejatinya tidak ada lagi berita dan artikel yang mengaitkan 'seks bebas' dan pergaulan bebas dengan penularan HIV/AIDS karena sosialisasi HIV/AIDS sudah dilakukan instansi pemerintah dan institusi, seperti kelompok-kelompok dukungan dan lembaga swadaya masyarakat (LSM).
Tapi, mengapa informasi HIV/AIDS yang sejatinya merupakan fakta medis jadi mitos di materi komunikasi, informasi dan edukasi (KIE) HIV/AIDS?
Pertanyaan yang sangat menggelitik!
Jawabannya adalah informasi HIV/AIDS yang jadi materi KIE selalu dibalut dan dibumbui dengan norma, moral dan agama.
Akibatnya, fakta medis tentang HIV/AIDS tenggelam sehingga memunculkan mitos (anggapan yang salah) tentang HIV/AIDS.
Misalnya, mengaitkan 'seks bebas' dan pergaulan bebas dengan penularan HIV/AIDS. Ini mitos yang menyesatkan karena penularan HIV/AIDS melalui hubungan seksual bisa terjadi di dalam dan di luar nikah (sifat hubungan seksual) jika salah satu atau kedua pasangan mengidap HIV/AIDS dan laki-laki tidak memakai kondom. Ini fakta!
Baca juga: Pemakaian Istilah Seks Bebas Justru Mengaburkan Cara Penularan HIV/AIDS
Lagi pula jika premis 'seks bebas' dan pergaulan bebas dikaitkan langsung dengan penularan HIV/AIDS, maka semua orang yang pernah atau seing melalukan 'seks bebas' dan pergaulan bebas sudah mengidap HIV/AIDS, seperti pasangan suami-istri yang menikah karena hamil duluan.
Tapi, faktanya: Tidak!
Maka, yang menyebabkan terjadi penularan HIV/AIDS melalui hubungan seksual bukan karena sifat hubungan seksual ('seks bebas' dan pergaulan bebas), tapi karena kondisi saat terjadi hubungan seksual jika salah satu atau kedua pasangan mengidap HIV/AIDS dan laki-laki tidak memakai kondom.