"Selain itu, Prih (Kepala Bidang (Kabid) Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular, Dinkes Blora, Prih Hartanto-Pen.) juga mengaku telah melakukan sosialisasi ke siswa-siswi di sekolah-sekolah sebagai upaya pencegahan dini terkait potensi penularan HIV/AIDS di kalangan remaja." Ini ada alam berita "Cara Dinkes Blora Tekan Angka Penularan HIV/AIDS, Pelajar Diminta Menjaga Diri dan Meningkatkan Iman" (jateng.tribunnews.com, 21/6/2024).
Secara empiris remaja bukan mata rantai penyebaran HIV/AIDS di masyarakat karena kasus HIV/AIDS pada remaja, terutama remaja putra, ada di terminal terakhir penularan HIV/AIDS karena mereka tidak mempunyai pasangan tetap (istri).
Lagi pula, seperti dikatakan oleh Prih, sampai saat ini di Blora belum ditemukan kasus HIV/AIDS dari kalangan remaja. Itu artinya yang jadi masalah besar terkait dengan penyebaran HIV/AIDS adalah kalangan dewasa, dalam hal ini laki-laki.
Bandingkan dengan laki-laki dewasa pengidap HIV/AIDS yang potensial menyebarkan HIV/AIDS secara horizontal di masyarakat, terutama melalui hubungan seksual tanpa kondom di dalam dan di luar nikah.
Bagi yang beristri akan menularkan HIV/AIDS ke istrinya. Jika istrinya tertular HIV/AIDS, maka ada risiko penularan vertikal dari-ibu-ke-bayi yang dikandungnya.
Jumlah perempuan yang berisiko tertular HIV/AIDS kian banyak karena ada laki-laki yang beristri lebih dari satu. Ada pula yang punya selingkuhan dan jadi pelanggan pekerja seks, termasuk cewek prostitusi online.
Disebutkan oleh PrihL "Kita sering lakukan screening di tempat-tempat lokalisasi yang berisiko tinggi. Kita melakukan pemeriksaan juga, kepada mereka (pekerja seks komersial-red), sekaligus memberikan sosialisasi dan memberikan secara gratis alat pelindung untuk berhubungan seksual."
Apakah ada jaminan laki-laki akan memakai kondom ketika melakukan hubungan seksual dengan PSK?
Tidak ada! Ini terjadi karena tidak ada mekanisme untuk melakukan intervensi agar laki-laki memakai kondom.