Frasa 'secara mendadak' sejatinya tidak tepat kalau ada deteksi dini karena laju atau kecepatan galodo bisa dihitung secara matematis sehingga tidak menerjang dengan tiba-tiba (lagi).
Namun, bisa jadi warga tidak bisa memahami dengan pasti terkait dengan anjuran PVMBG (Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi - Kementerian ESDM) yang menyebut jarak aman sekian kilometer dari puncak Gunung Marapi.
Kalau saja PVMBG menyebut jarak aman sampai kampung, desa, kecamatan dan kabupaten atau kota tentulah warga jauh lebih paham.
Tsunami di Jepang bisa mencapai tinggi 10 meter dengan kecepatan bak kapal terbang, tapi korban manusia sedikit. Hal ini terjadi karena pemerintah Negeri Matahari Terbit itu melarang permukiman sampai lidah terjauh tsunami. Di wilayah jangkuan tsunami boleh buka usaha terkait pariwisata, tapi tidak boleh jadi permukiman.
Maka, biarpun tsunami menerjang di kawasan yang dilanda tsunami tidak ada warga yang bermukim sehingga korban nyawa sedikit.
Kalau saja sejak awal pemerintah daerah, dalam hal ini pemerikan kabupaten dan kota, yang masuk wilayah galodo membuat aturan seperti di Jepang tentulah korban nyawa bisa ditekan. Apalagi ada peringatan dini korban bisa nol. *
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H