Yang ini juga "HIV/AIDS" yang dieja jadi "HaIVe/AIDS." Singkatan ini dalam Bahasa Inggris sehingga mengejanya dengan "eitch-ai-vhi/eiaidies."
Begitu juga dengan menyebut nama band Swedia, ABBA, di Indonesia dieja dengan "eibibiei" padahal itu singkatan nama empat personilnya sehingga disebut ABBA juga. ABBA adalah untuk nama-nama Björn & Benny, Agnetha & Anni-Frid.
Tangal 1 Mei, misalnya jadi Hari Buruh. Buruh dikatikan dengan "iLO" padahal ejaannya adalah"aIeLO."
Itu sebagian akromin asing yang dieja dengan cara yang tidak konsisten, maka sebaiknya dieja dengan lafal Bahasa Indonesia saja.
Selain itu kata yang dikenal dalam Bahasa Indonesia ternyata ada yang mengucapkannya dengan cara yang salah. Misalnya, pasca (sesudah, setelah, sehabis), tapi ada saja yang memabaca dengan "paska."
Sejatinya kita yang mengawal Bahasa Indonesia dengan pemakaian yang baku memakai kata-kata yang denotatif (kata yang mengacu ke makna yang sebenarnya) sehingga dipahami secara luas dengan pengertian yang sama (dari berbagai sumber). *
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H