Mohon tunggu...
Syaiful W. HARAHAP
Syaiful W. HARAHAP Mohon Tunggu... Blogger - Peminat masalah sosial kemasyarakatan dan pemerhati berita HIV/AIDS

Aktivis LSM (media watch), peminat masalah sosial kemasyarakatan, dan pemerhati (berita) HIV/AIDS

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Tanpa Informasi tentang Mengapa dan Bagaimana IRT di Banten Tertular HIV/AIDS Dorong Stigma dan Diskriminasi

14 Januari 2024   11:46 Diperbarui: 14 Januari 2024   11:51 291
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi (Sumber: theconversation.com)

Bahkan, di Kabupaten Lebak, Banten, suami yang diberitahu istrinya yang melahirkan HIV-positif si suami kabur meninggal istrinya di rumah sakit dan anak-anaknya.

Baca juga: Kasus HIV/AIDS pada Ibu Rumah Tangga di Banten Tanpa Penjelasan Bagaimana Mereka Tertular
 
Jika dikaitkan dengan fakta 10 bayi lahir dengan HIV/AIDS, maka minimal ada 10 suami (baca: laki-laki) yang mengidap HIV/AIDS. Tapi, karena mereka tidak menjalani tes HIV maka mereka tidak mengakui bahwa mereka mengidap HIV/AIDS.

Matriks: Penyebaran HIV/AIDS di Masyarakat Jika Suami IRT HIV+ Tidak Jalani Tes HIV (Sumber: Dok Pribadi/Syaiful W. Harahap)
Matriks: Penyebaran HIV/AIDS di Masyarakat Jika Suami IRT HIV+ Tidak Jalani Tes HIV (Sumber: Dok Pribadi/Syaiful W. Harahap)

Akibatnya, mereka tidak menerapkan seks aman (memakai kondom setiap melakukan hubungan seksual di dalam dan di luar nikah) yang pada giliranya ada risiko menularkan HIV/AIDS kepada pasangan seksnya.

Itu artinya jumlah perempuan, bisa jadi IRT, di Banten yang berisiko tertular HIV/AIDS bertambah banyak. Soalnya, tidak sedikit laki-laki yang mempunyai istri sah lebih dari satu di samping pasangan seksual lain.

Disebutkan pula: Pelayanan saat ini, lanjut Ati, sudah bisa didapatkan di Puskemas terdekat. Total ada 98 layanan kesehatan yang tersebat di 8 kabupaten/kota di Banten.

Apakah ada warga yang dengan sukarela datang ke Puskesmas untuk konseling dan tes HIV?

Selama ini yang terjadi adalah warga yang konseling dan selanjutnya tes HIV jika perilaku seksualnya berisiko dibawa oleh penjangkau (outreach) yakni relawan yang biasanya bernaung di lembaga-lembaga swadaya masyarakat (LSM).

Tapi, sejak Indonesia masuk ke G-20 tidak bisa lagi menerima hibah (grant) dari donor-donor asing karena dikategorikan sebagai negara maju dengan pengahasil tinggi.

Sebelum Indonesia masuk G-20 ada saja donor asing yang menyalurkan dana ke LSM yang antara lain dipakai untuk program penjangkauan.

Dengan kondisi ini pemerintah, dalam hal ini dinas-dinas kesehatan, hanya pasif yaitu menunggu warga yang sakit parah, misalnya dengan penyakit TBC, dan IRT hamil yang kemudian menjalani tes HIV.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun