Kasus HIV/AIDS pada kalangan laki-laki gay ada di terminal terakhir, tapi banyak berita yang menyasar hal itu namun hanya sebatas sensasi Â
Belakangan ini banyak berita yang menyuarakan kasus HIV/AIDS pada kalangan homoseksual (laki-laki gay) dan LSL (Lelaki Suka Seks Lelaki), menggiring opini hal itu sangat mengkhawatirkan. Padahal, jika dibawa ke ranah epidemi HIV/AIDS kasus HIV/AIDS pada gay dan LSL justru ada di terminal akhir.
Celakanya, berita-berita itu akhirnya berada di ranah sensasional yang bermuara pada bombastis sebagai omong kosong yang tidak mendukung penanggulangan HIV/AIDS di Indonesia.
Baca juga: HIV/AIDS pada Pelaku Penyimpangan Seksual Ada di Terminal Akhir
Yang terjadi justru sebaliknya jadi kontra produktif terhadap penanggulangan HIV/AIDS dan menyuburkan stigma (cap negatif) dan diskriminasi (perlakuan berbeda) terhadap gay dan waria. Yang paling menderita justru waria karena kasat mata sedangkan gay tidak bisa dikenali dari fisiknya.
Berbeda dengan HIV/AIDS pada laki-laki heteroseksual dan biseksual karena sebagian dari mereka mempunyai istri sehingga ada risiko penularan HIV/AIDS ke istri yang berakhir pada anak yang akan dilahirkan istri.
Baca juga: Penyumbang Kasus HIV/AIDS Bukan LGBT tapi Heteroseksual
Data di siha.kemkes.go.id tentang faktor risiko (transmisi) pada kasus infeksi HIV dari tahun 2010 sampai 31 Desember 2021: heteroseksual 28,9% sedangkan homoseksual 18,2%.
Sedangkan pada kasus AIDS dari tahun 1987 -- 31 Desember 2022 menunjukkan persentase kasus dengan faktor risiko homoseksual sebesar 8,6%, bandingkan dengan heteroseksual sebanyak 69,9%.