Mohon tunggu...
Syaiful W. HARAHAP
Syaiful W. HARAHAP Mohon Tunggu... Blogger - Peminat masalah sosial kemasyarakatan dan pemerhati berita HIV/AIDS

Aktivis LSM (media watch), peminat masalah sosial kemasyarakatan, dan pemerhati (berita) HIV/AIDS

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Laporan Kasus HIV Positif Nasional Juli Sampai September 2021

22 Juli 2022   06:00 Diperbarui: 24 Juli 2022   14:57 995
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Tabel: Jumlah orang yang jalani tes HIV per provinsi priode Juli-September 2021. (Sumber: SIHA Kemkes)

Akibatnya, tidak ada lagi penjangkauan kepada berbagai kelompok yang disebut populasi kunci karena tidak ada dana. Selama ini penjangkauan dilakukan oleh aktivis lembaga-lembaga swadaya masyarakat (LSM) dengan dukungan dana grant atau hibah dari donor-donor luar negeri.

Maka, sekarang kegiatan terkait dengan HIV/AIDS tertutama untuk tes HIV pemerintah hanya bersifat pasif yaitu menunggu warga berobat. Jika ada penyakit terkait dengan HIV/AIDS baru dokter merujuk untuk tes HIV dengan konseling.

Jadi, tidak mengherankan kalau kasus yang dilaporkan sejak Indonesia jadi anggota G-20 terus turun. Ini bukan berarti kasus insiden infeksi HIV berkurang, tapi karena tidak ada penjangkauan.

Epidemi HIV/AIDS erat kaitannya dengan fenomena gunung es. Kasus yang terdeteksi atau dilaporkan digambarkan sebagai puncak gunung es yang muncul ke atas permukaan air laut, sedangkan kasus yang tidak terdeteksi di masyarakat digambarkan sebagai bongkahan gunung es di bawah permukaan air laut (Lihat gambar).

Fenomena Gunung Es pada epidemi HV/AIDS. (Foto: Dok Pribadi/Syaiful W. Harahap)
Fenomena Gunung Es pada epidemi HV/AIDS. (Foto: Dok Pribadi/Syaiful W. Harahap)

Maka, sangat diharapkan ada langkah konkret pemerintah daerah, dalam hal ini pemerintah kabupaten dan kota, untuk mendeteksi kasus HIV/AIDS di masyarakat. Tentu saja dengan cara-cara yang tidak melawan hukum dan tidak pula melanggar hak asasi manusia (HAM).

Berdasarkan faktor risiko kasus HIV-positif yang ditemukan pada periode Juli - September 2021 terdeteksi pada kalangan homoseksual 34,2%; heteroseksual 12,8%; dan penyalahguna Narkoba (narkotika dan bahan-bahan berbahaya) dengan jarum suntik bergantian 0,5%.

Grafik: Faktor risiko kasus HIV-positif Juli-September 2021. (Sumber: SIHA Kemkes)
Grafik: Faktor risiko kasus HIV-positif Juli-September 2021. (Sumber: SIHA Kemkes)

Data terkait homoseksual dijadikan sebagian media sebagai berita yang sensasional yang akhirnya bersifat bombastis (omong kosong). Padahal, dari aspek epidemiologi hal itu justru menurunkan penyebaran HIV karena homoseksual, dalam hal ini laki-laki gay, tidak punya istri.

Sementara heteroseksual mempunyai istri, bahkan ada yang lebih dari satu. Jika istri mereka tertular HIVAIDS, maka ada risiko penularan HIV/AIDS ke bayi yang mereka kandung terutama saat persalinan dan menyusui dengan air susu ibu (ASI).

Grafik: Persentase kasus HIV-positif pada kelompok populasi Juli-September 2021. (Sumber: SIHA Kemkes)
Grafik: Persentase kasus HIV-positif pada kelompok populasi Juli-September 2021. (Sumber: SIHA Kemkes)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun