2. Kesalahan Mencuci Beras
Makanan dengan kandungan nutrisi diharapkan oleh Prof Damayanti ada dalam makanan keluarga sehingga orang tua tidak perlu mencari atau membeli makanan bayi yang berbeda dengan makanan keluarga. Misalnya, kandungan Omega 3 di ikan kembung ternyata jauh lebih tinggi daripada pada ikan salmon. Tapi, kalangan berada lebih memilih ikan salman yang terkadang justru tidak disukai anak-anak.
Baca juga: Omega 3: Ikan Kembung Vs Ikan Salmon
Salah satu makanan pokok yang juga jadi sumber utama karbohidrat adalah beras. Tapi, nasi justru jadi tidak bermanfaat dalam menyumbang Vitamin B1 karena cara penanganan yang salah. Menurut (alm) Prof. Dr. Rindit Pambayun, Guru Besar Ilmu Pangan Unsri, Palembang, dalam sebuah acara Danone tahun 2017, kandungan Vitamin B1 ada pada kulit ari beras, tapi ketika beras dicuci berulang-ulang sampai bersih kandungan Vitamin B1 pun hilang. Padahal, Vitamin B1 sangat diperlukan tubuh. Kalau beras tidak dicuci sebelum dimasak maka asupan Vitamin B1 sudah terpenuhi sehingga tidak perlu lagi minum suplemen.
Baca juga: Gerakan Nasional Tidak Mencuci Beras
Namun, upaya untuk menurunkan stunting harus ditangani dengan kerjasama, kerja keras dan kerja nyata dari berbagai pihak. Kemenkes sendiri, seperti dikatakan oleh Dr Dhian P. Dipo, Direktur Gizi Masyarakat Kemenkes, pada acara webinar Kompas Talks dan Danone Indonesia dengan tema "Bersama Cegah Stunting, Wujudkan Generasi Sehat di Masa Depan", 26 Januari 2022, yang juga menyemarakkan Hari Gizi Nasional  (https://www.youtube.com/watch?v=aPNcjfelOog&ab_channel=HarianKompas).
Dr Dhian menyebut ada dua hal intervensi dalam penurunan angka stunting di Indonesia, yaitu intervensi spesifik dan sensitif. Kementerian Kesehatan bergerak bertanggung jawab di bidang intervensi spesifik, yaitu dengan penguatan kapasitas SDM mulai dari tenaga kesehatan, guru sampai perangkat desa agar bisa melakukan tindak lanjut yang tepat saat menemukan kasus stunting di lapangan.
Langkah Kemenkes yang disebutkan Dr Dhian, menurut Prof Damayanti, merupakan bagian dari faktor pencegahan stunting karena ada kesamaan pemahaman dari semua sektor pemangku kepentingan.
Untuk mencegah anak lahir stunting dilakukan upaya dari hulu yaitu masa kehamilan sampai dua tahun pertama kehidupan anak. Jika sudah lahir stunting yang terjadi karena malnutrisi atau asupan gizi yang kurang dan kebutuhan gizi anak yang meningkat bisa diatasi. Kebutuhan gizi anak pada 1000 HPK yang meningkat bisa terjadi sakit, infeksi, prematuritas, alergi makanan dan kelainan metabolisme.
Baca juga: Kecukupan Nutrisi pada "1000 Hari Pertama Kehidupan" Cegah Stunting
Selanjutnya strategi nasional untuk menjaga dan menurunkan prevalensi stunting yang dipegang oleh Kementerian Kesehatan disinergikan dengan program BKKBN (Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional). Untuk itu perlu edukasi terutama bagi keluarga muda yang bertambah setiap tahun. Dengan pemahaman yang tepat, penanganan dan pencegahan bisa dilakukan sejak dini.