Tanya-Jawab AIDS No 1/Desember 2020
Pengantar. Tanya-Jawab ini adalah jawaban terhadap pertanyaan-pertanyaan yang dikirim melalui WhatsApp dan e-mail. Jawaban disebarluaskan tanpa menyebut identitas yang bertanya dimaksudkan agar semua pembaca bisa berbagi informasi yang akurat tentang HIV/AIDS. Yang ingin bertanya, silakan kirim pertanyaan ke Syaiful W. Harahap, melalui: (1) e-mail: aidsindonesia@gmail.com, (2) WA: 0811974977. Pengasuh.
   *****
Tanya: Saya melakukan hubungan seksual dengan pekerja seks komersial (PSK). Ini yang pertama kalinya bagi saya berhubungan seksual dengan PSK. Saya tidak memakai kondom. Tapi, saya tidak keluar air mani. Pertanyaaan: (1) Apakah saya bisa tertular HIV melalui hubungan seksual tersebut? (2) Apakah perlu saya minum obat antibiotik agar tidak terkena (tertular HIV-peng.). Jujur saya takut, cemas dan risau ....
Via WA, 20.12-2020
Jawab: Laki-laki yang melakukan hubungan seksual tanpa memakai kondom dengan seseorang yang sering berganti-ganti pasangan, dalam hal ini PSK, merupakan perilaku berisiko tinggi tertular HIV/AIDS. Hal ini terjadi karena PSK melakukan hubungan seksual dengan laki-laki yang berganti-ganti sehingga berisiko tinggi tertular HIV/AIDS.
(1). Ada risiko tertular HIV/AIDS karena tidak memakai kondom ketika melakukan hubungan seksual karena penis bersentuhan dengan cairan vagina dan permukaan vagina. Risiko tertular jika PSK itu mengidap HIV/AIDS. Persoalannya adalah tidak bisa diketahui dari fisik apakah PSK tersebut mengidap HIV/AIDS atau tidak. Yang jelas PSK adalah orang dengan perilaku berisiko tinggi tertular HIV/AIDS. Itu artinya Saudara juga ada pada posisi berisik tertular HIV/AIDS karena tidak memakai kondom ketika melakukan hubungan seksual.
(2). Obat antibiotik bukan vaksin HIV. Lagi pula kalau HIV sudah masuk ke tubuh tidak bisa lagi dikeluarkan. Virus itu (HIV) akan terus ada di dalam tubuh dan menggandakan diri karena HIV adalah jenis retrovirus yaitu virus yang bisa menggandakan diri di sel-sel darah putih manusia.
Belum ada obat yang bisa mematikan HIV di dalam tubuh. Belum ada vaksin HIV. Yang ada adalah obat antiretroviral (ARV) yaitu obat untuk menekan laju HIV menggandakan diri di dalam tubuh orang-orang yang tertular HIV. Status HIV seseorang hanya bisa diketahui melalui tes HIV.
Untuk menghilangkan ketakutan dan kecemasan Saudara, tiga bulan ke depan silakan tes HIV secara sukarela di tempat-tempat tes HIV yang dirujuh pemerintah, seperti di Puskesmas dan rumah sakit pemerintah. Tapi, dengan syarat Saudara tidak melakukan hubungan seksual tanpa kondom sampai waktu tes HIV.
Selain perlu diingat juga (hasil) tes HIV bukan vaksin. Biar pun hasil tes HIV negatif itu tidak jaminan karena bisa saja Saudara tertular HIV setelah tes jika melakukan hubungan seksual yang berisiko, menerima transfusi darah yang tidak diskrining HIV, dan memakai jarum suntik secara bergiliran dan bergantian pada penyalahgunaan narkoba (narkotika dan bahan-bahan berbahaya). ***