Ketika pandemi atau wabah virus corona baru (Coronavirus Disease 2019/Covid-19) berkecamuk di Wuhan, China, akhir Desember 2019 banyak negara yang menganggap pandemi itu hanya akan bergejolak di China. Bahkan, ada anggapan setelah China 'neraka' corona berikutnya akan terjadi Korea Selatan (Korsel).
Perkiraan itu masuk akal karena penduduk Wuhan sekitar 11 juta sehingga penularan antar warga akan terjadi secara masif. Ternyata otoritas China tanggap dengan melakukan lockdown di Wuhan dan kota-kota lain serta menghentikan penerbangan dan transportasi lain dari dan ke China. Tes massal dijalankan.
Sementara itu negara-negara di dunia baru menghentikan penerbangan internasional akhir Januari 2020, padahal di awal Januari 2020 puluhan ribu warga Wuhan melancong ke belasan negara di dunia.Â
Diperkirakan banyak di antara pelancong itu yang tertular corona tapi tanpa gejala. Di Bangkok, misalnya, terdeteksi dua warga Wuhan yang tetular virus corona tanggal 13 Januari 2020 dengan keluhan demam, sakit kepala dan sakit tenggorokan. Ini kasus pertama corona di luar China.
Langkah China membuahkan hasil. Virus tidak menyebar luas di daratan China. Laporan terakhir, 1 Juli 2020, seperti dilaporkan situs independen, worldometer, kasus Covid-19 di China 83.531. Ini menempatkan China di peringkat ke-22 dunia.
Korsel disebut sebagai hotspot setelah China juga buyar karena Negeri Ginseng itu tanggap dengan menjalankan tes swab massal secara sistematis melalui 633 outlet di seluruh negeri sejak tanggal 2 Januari 2020, serta menerapkan protokol kesehatan yang diikuit secara konsisten oleh warga. Soalnya, Korsel merupakan negara favorit warga China untuk melancong.
Di awal Januari 2020 puluhan ribu pelancong dari Wuhan berlibur ke Korsel, tapi warga di negeri itu sudah paham menjaga diri sehingga yang kontak dengan puluhan ribu pelancong Wuhan yang diperkirakan banyak yang tertular corona tanpa gejala hanya orang-orang yang terkait langsung, seperti karyawan hotel, transportasi, rumah makan, dll. Sedangkan warga lain memilih tetap di rumah dan jika keluar rumah memakai masker dan jaga jarak.
Kasus pertama terdeteksi di Korsel tanggal 20 Januari 2020 pada seorang anggota jemaat rumah ibadat, belakangan 200 jemaat rumah ibadat itu hasil tesnya positif Covid-19. Laporan terakhir menunjukkan kasus Covid-19 di Korsel 12.800. Korsel ada di peringkat ke-62 dunia.
Yang membuat kaget adalah hotspot atau episentrum corona justru 'terbang' ke Eropa yaitu Italia. Negeri Pizza itu pun jadi 'neraka' corona dengan deteksi kasus harian yang banyak.Â
Puncak pandemi terjadi pada rentang waktu 19 Maret 2020 dengan kasus harian 5.323 sampai 12 April 2020 dengan kasus 4.094. Puncak kasus pada 21 Maret 2020 sebanyak 6.353. Selanjutnya kasus baru harian terus turun sampai kasus terendah 23 Juni 2020 sebanyak 113.
Laporan situs independen, worldometer, tanggal 1 Juli 2020 pukul 01.20 WIB menunjukkan ada delapan negara yang menyalip Italia (240.578) dalam jumlah kumulatif Covid-19 yaitu Chili 279.393, Peru 282.365, Spanyol 296.351, Inggris 312.654, India 585.210, Rusia 647.849, Brasil 1.383.678 dan Amerika Serikat (AS) di puncak pandemi global dengan jumlah kasus 2.699.554.