"Penyebaran HIV/AIDS diklaim menurun di Jayapura." Dalam hal ini wilayah Kabupaten Jayapura, Papua. Ini judul berita di jubi.co.id, 21/1-2020. Pernyataan dalam judul berita ini tidak akurat karena:
Pertama, penyebaran atau penularan HIV/AIDS di masyarakat tidak bisa dilihat karena terkait dengan perilaku seksual orang per orang.
Kedua, yang turun bisa jadi adalah jumlah kasus yang terdeteksi. Ini tidak menggambarkan jumlah infeksi HIV pada warga karena yang menjalani tes HIV bisa saja yang tertular beberapa bulan atau tahun yang lalu.
Ketiga, kalau dikaitkan dengan risiko penularan yang rendah pada Odha (Orang dengan HIV/AIDS) yang meminum obat antiretroviral (ARV), maka insiden infeksi HIV baru terjadi pada warga yang tidak minum obat ARV, yaitu:
(1). Insiden infeksi HIV baru bisa terjadi pada laki-laki dewasa melalui hubungan seksual tanpa kondom, di dalam nikah atau di luar nikah, dengan perempuan yang berganti-ganti di wilayah Kabupaten Jayapura atau di luar wilayah Kabupaten Jayapura, bahkan di luar negeri. Soalnya, bisa saja salah satu dari perempuan tsb. mengidap HIV/AIDS sehingga ada risiko penularan HIV/AIDS. Tentu saja Pemkab Jayapura tidak bisa mengawasi perilaku seksual semua laki-laki dewasa warga Kabupaten Jayapura.
(2). Insiden infeksi HIV baru bisa terjadi pada perempuan dewasa melalui hubungan seksual dengan kondisi laki-laki tidak pakai kondom, di dalam nikah atau di luar nikah, dengan laki-laki yang berganti-ganti di wilayah Kabupaten Jayapura atau di luar wilayah Kabupaten Jayapura, bahkan di luar negeri. Soalnya, bisa saja salah satu dari laki-laki tsb. mengidap HIV/AIDS sehingga ada risiko penularan HIV/AIDS. Tentu saja Pemkab Jayapura tidak bisa mengawasi perilaku seksual semua perempuan dewasa warga Kabupaten Jayapura.
(3). Insiden infeksi HIV baru bisa terjadi pada laki-laki dewasa melalui hubungan seksual tanpa kondom dengan perempuan yang sering berganti-ganti pasangan, seperti pekerja seks komersial (PSK), di wilayah Kabupaten Jayapura atau di luar wilayah Kabupaten Jayapura, bahkan di luar negeri. Soalnya, bisa saja salah satu dari PSK tsb. mengidap HIV/AIDS sehingga ada risiko penularan HIV/AIDS. Tentu saja Pemkab Jayapura tidak bisa mengawasi perilaku seksual semua laki-laki dewasa warga Kabupaten Jayapura.
Yang perlu diingat adalah PSK ada dua tipe, yaitu:
(a). PSK langsung adalah PSK yang kasat mata yaitu PSK yang ada di lokasi atau lokalisasi pelacuran atau di jalanan.
(b), PSK tidak langsung adalah PSK yang tidak kasat mata yaitu PSK yang menyaru sebagai cewek pemijat, cewek kafe, cewek pub, cewek disko, anak sekolah, ayam kampus, cewek gratifikasi seks (sebagai imbalan untuk rekan bisnis atau pemegang kekuasaan), PSK high class, cewek online, PSK online, cewek prostitusi online, 'artis dan model' prostitusi online, dll.
Banyak laki-laki yang berisiko tertular HIV/AIDS karena merasa tidak melakukan hubungan seksual dengan PSK langsung. Mereka seks dengan PSK tidak langsung. Padahal, perilaku seksual PSK tidak langsung sama saja dengan PSK langsung.