Pertama, siapa yang dimaksud dengan 'orang yang berisiko'? Kalau yang dimaksud adalah PSK, maka yang jadi persoalan adalah laki-laki yang melakukan hubungan seksual dengan PSK tanpa kondom yang berisiko tertular HIV/AIDS. Nah, apakah ada program mendeteksi laki-laki pelanggan PSK langsung dan PSK tidak langsung?
Baca juga: Tertular HIV karena Termakan Mitos "Cewek Bukan PSK"
Kedua, tes HIV adalah langkah di hilir. Artinya yang dites adalah warga yang sudah tertular HIV, al. melalui perilaku seksual berisiko seperti pada poin 1, 2 dan 3 di atas.
Ketiga, di hulu terus terjadi insiden infeksi HIV baru, terutama melalui perilaku seksual poin 3 di atas. Jika tidak ada program berupa intervensi terhadap kegiatan poin 3 itu artinya insiden infeksi HIV baru akan terus terjadi.
Keempat, laki-laki yang tertular HIV dari PSK langsung atau PSK tidak langsung jadi mata rantai penyebaran HIV/AIDS di masyarakat terutama melalui hubungan seksual tanpa kondom di dalam dan di luar nikah.
Di bagian lain disebutkan: "Alhamdulillah sekarang kasus HIV/AIDS sudah dalam tren menurun. ...." Ini perlu diluruskan karena yang turun atau berkurang adalah jumlah kasus yang terdeteksi bukan jumlah warga Kota Padang yang tertular HIV.
Selama tidak ada intervensi terhadap perilaku seksual poin 3, maka selama itu pula insiden infeksi HIV baru pada laki-laki dewasa akan terus terjadi. Laki-laki yang tertular HIV/AIDS jadi mata rantai penyebaran HIV/AIDS di masyarakat yang kelak akan bermuara pada 'ledakan AIDS' di Kota Padang. *
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H