Dalam paparannya dw.com, menyebutkan dalam kurun waktu delapan tahun bisnis perdagangan elektronik Bukalapak menggaji 1.500 karyawan dengan total 2,4 juta pedagang online bergabung. Nilai pasar mencapai 1 miliar dolar AS atau setara dengan Rp 14,2 triliun. Angka ini sejajar dengan perusahaan sekelas Indosat.
Gerai dan retail akan berhadapan dengan e-commerce yang tidak lagi memerlukan kedatangan secara fisik ke gerai. Cukup melihat di layar telepon pintar atau laptop semua sudah memenuhi keinginan.
Pada kesempatan silaturrahmi dengan pengemudi ojek online (Ojol) di Kemayoran, Jakarta Pusat (12/1/2019) Presiden Joko Widodo (Jokowi) mengatakan pekerjaan masa depan adalah transportasi online. "Saya bangga karena Bapak/Ibu adalah orang yang berani menembus batas, berani keluar dari zona nyaman, berani keluar dari tradisi," ujar Presiden pada acara itu.
Berbagai kawasan di dunia sudah menerapkan perdagangan bebas, bahkan ASEAN pun sudah sepakat mulai diterapkan mulai 1 Januari 2016 yang dikenal sebagai MEA (Masyarakat Ekonomi Asean) atau ASEAN Economic Community (AEC). Yang terjadi adalah integrasi sistem perdagangan di kawasan ASEAN.
[Baca juga: Era Komunitas Ekonomi Asean 2015: Salon 'Sri' vs Salon 'Thai']
Berbagai persoalan yang dihadapi dunia usaha, bisnis dan sektor lain di Indonesia terkait dengan kemajuan teknologi, dalam hal ini tekenologi informasi dan telekomunikasi, menunjukkan ketidaksiapan kita dan selalu berlindung di balik proteksi. Berbaga kalangan pekerjaan pun selalu meminta pemerintah membuat proteksi.
Celakanya, pasar bebas dunia tidak lagi mengenal batas fisik negara dan proteksi tapi sertifikasi. *
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H