Tsunami besar yang melanda sebagian wilayah timur laut Jepang tahun 2011 hanya memakan korban belasan ribu. Ini terjadi karena Jepang merelokasi permukiman dari kawasan pantai yang pernah diterjang lidah tsunami. Di daerah pantai hanya ada industri dan kegiatan pariwisata tapi tidak boleh bermalam.
[Baca juga: Relokasi Permukiman dan Garis Pantai yang Terdampak Bencana Tsunami]
Pantai-pantai barat Pulau Sumatera, pantai barat Banten, pantai selatan Pulau Jawa, Pulau Bali, NTB, NTT, Papua Barat dan Papua, serta pantai di Pulau Sulawesi, Maluku dan Maluku Utara adalah kawasan yang bisa jadi terjangan tsunami. Garis pantai di daerah-daerah ini sudah pernah diterjang lidah tsunami.
Apa pun penyebab tsunami yang jelas kemungkinan tsunami terjadi lagi tetap ada. Maka, langkah Jepang merelokasi permukiman dari terjangan lidah tsunami merupakan cara yang tepat. Ini jauh lebih baik daripada mengembangkan peralatan canggih untuk peringatan diri. Di kawasan pantai yang bisa disentuh lidah tsunami hanya untuk industri dan fasilitas pariwisata tapi tidak boleh ditinggali.
Dalam kaitan itulah talkshow di TV dan berita di media cetak serta media online lebih arif membicarakan langka ke depan untuk menghindarkan korban nyawa. Perbincangan tentang penyebab tsunami adalah masa lalu dan tidak akan bisa dijadikan alat untuk mencegah tsunami (berikutnya).
Maka, media diharapkan bisa meningkatkan pemahaman masyarakat tentang  tsunami  karena tidak bisa diprediksi. Biar pun ada peringatan diri tidaklah mudah menyelamatkan diri, apalagi harus mengurus istri, anak dan mertua.
Tentu saja pemerintah-pemerintah daerah pun diharapkan lebih aktif melakukan sosialisasi agar masyarakat paham dan dengan sukarela (mau) direlokasi. Hanya ini langkah yang bisa menyelamatkan nyawa dari kematian yang sia-sia serta aset warga dan pemerintah. *
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H