[Baca juga: Cougar, Fantasi Romantis Seks Remaja Bagi Perempuan Dewasa]
Maka, "peraturan selibat harus dijalankan" bukan hal semudah membalik telapak tangan karena libido seks tidak bisa dimatikan. Dengan kebiri sekali pun, seperti memotong buah zakar dan penis atau mengangkat vagina dan rahim, Â libido tetap ada. Itulah sebabnya laki-laki yang berganti kelamin akan kesulitan menyalurkan libidonya karena tidak ada lagi buah zakar dan penis, sedangkan vagina yang dibentuk dengan operasi plastik tidak bersentuhan dengan libido.
Lagi pula selibat adalah sebuah pilihan hidup yang bersumber dari suatu pandangan atau pemikiran tertentu yang memutuskan sang pribadi untuk memilih hidup tanpa menikah (id.wikipedia.org). Memutuskan tidak menikah tidak otomatis mematikan libodo. Maka, tetap diperlukan penyaluran seks yang tidak bisa disubstitusi dengan kegiatan lain.
Dikatakan oleh Paus Fransiskus bahwa tidak ada tempat bagi perilaku homoseksualitas dalam kehidupan kepastoran.
Lalu, bagaimana dengan perilaku heteroseksual?
Tentu saja libido heteroseksual tidak bisa dimatikan hanya dengan selibat karena selibat ada di ranah aturan sedangkan libido merupakan kodrat yang dibawa sejak lahir yang menyatu dalam metabolisme tubuh.
Peraturan Gereja Katolik menyebutkan bahwa kecenderungan homoseksual saja bukanlah dosa, seperti hubungan seksual antara dua orang dari jenis kelamin yang sama.
Ya tentu saja karena orientasi seksual ada di alam pikiran. Yang jadi (dosa) adalah jika orientasi seksual dilakukan di luar aturan sosial, agama dan hukum.
[Baca juga: LGBT Sebagai Orientasi Seksual Ada di Alam Pikiran]
Di kalangan remaja dan peselingkuh tidak sedikit yang melakukan seks ala homoseksual, dalam hal ini gay, yaitu melakukan seks anal atau seks oral untuk menghindari kehamilan yang tidak diinginkan (KTD).
Bahkan, tidak sedikit pasangan heteroseksual yang justru melakukan perilaku seksual LGBT (lesbian, gay, biseksual dan transgender) yaitu seks oral, seks anal dan posisi "69".