Gejala-gejala yang Saudara alami tidak otomatis terkait dengan infeksi HIV. Tapi, karena Saudara pernah melakukan perilaku berisiko, maka gejala-gejala tsb. jadi alasan kuat untuk jalani tes HIV secara sukarela.
(3) dan (4) Tidak ada gejala-gejala yang khas AIDS pada fisik dan keluhan kesehatan, tapi gejala itu bisa terkait jika pernah atau sering melakukan perilaku-perilaku, al. perilaku seks, yang berisiko tertular HIV. Langkah terbaik untuk memupus kekhawatiran Saudara adalah dengan menjalani tes HIV. Kalau hasilnya negatif Saudara akan dikonseling agar menjaga perilaku. Jika hasilnya positif akan dilakukan konseling pasangan agar tidak terjadi penularan ke istri.
(5) Cara penularan HIV persis sama dengan 'penyakit kelamin' (disebut IMS/infeksi menular seksual, seperti GO/kencing nanah, raja singa/sifilis, virus hepatitis B, virus kanker serviks, dll.). Orang-orang yang mengidap 'penyakit kelamin' lebih mudah tertular HIV jika seks dengan pengidap HIV/AIDS karena ada 'penyakit kelamin' menyebabkan infeksi di alat kelamin yang jadi pintu masuk HIV.
(6) Akan lebih kasihan kalau status HIV Saudara tidak diketahui. Jika ternyata Saudara mengidap HIV/AIDS akan terjadi penularan ke istri. Kalau istri Saudara tertular HIV, maka ada pula risiko penularan secara vertikal ke bayi yang dikandung istri Saudara kelak.
(7) dan (8) Jika hasil tes Saudara positif, maka istri Saudara juga dianjutkan untuk tes HIV. Konselor, maka tes HIV-lah di tempat-tempat tes yang dirujuk pemerintah yaitu Klinik VCT di Puskesma atau rumah sakit, akan membantu Saudara menjelaskan hasil tes ke istri. Selanjutnya akan ditangani secara medis agar Saudara dan istri bisa tetap menjalani hidup dengan baik.
Kalau ada masalah, silakan kontak kami. *
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H