Nah, seperti apa pun perbedaan persepsi antara instansi, institusi, LSM, toma (tokoh masyarakat) dan toga (tokoh agama) yang jelas strategi harus menyasar poin-poin di atas. Prof Dr dr Dewa N. Wirawan, misalnya, sudah menjankan program 'jemput bola' yaitu membawa PSK langsung dari salah satu lokasi pelacuran di Denpasar untuk menjalani pemeriksaan kesehatan dan mengikuti pelatihan untuk 'memaksa' laki-laki memakai kondom ketika terjadi hubungan seksual.
Celakanya, Prof Wirawan dihujat wartawan (Baca juga: 'Menjemput' PSK di Denpasar, Bali). Lebih celaka lagi lokasi pelacuran sudah dibongkar sehingga praktek PSK langsung pun tidak bisa lagi dijangkau. Itu artinya penyebaran IMS dan HIV/AIDS terjadi melalui laki-laki pelanggan PSK ke masyarakat melalui hubungan seksual di dalam dan di luar nikah.
Maka, penyebaran HIV/AIDS di masyarakat di Denpasar khususnya dan di Indonesia umumnya akan terus terjadi terutama melalui hubungan seksual tanpa kondom di dalam dan di luar nikah. Ini merupakan 'bom waktu' yang kelak bermuara pada ledakan AIDS. *
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H