"Gunakan Medsos sejak Usia Dini, Anak Perempuan Cenderung Tidak Bahagia saat Remaja." Ini judul berita di dw.com (21/3-2018), Hal ini diperoleh berdasarkan penelitian Universitas Essex dan University College London, Inggris, berdasarkan data survei antara tahun 2009 dan 2015 terhadap 9.859 remaja Inggris yang berusia 10 sampai 15 tahun.
Tingkat kebahagiaan dinilai berdasarkan berbagai aspek kehidupan anak-anak sampai remaja di keluarga dan sekolah. Anak-anak dan remaja yang disurvei juga mengisi lembar kuesioner tentang "kelebihan dan kekurangan" mengukur aspek negatif kebahagiaan, seperti masalah emosional dan perilaku.
Memang, tingkat kebahagian pada anak laki-laki dan perempuan turun sepanjang masa remaja mereka. Tapi, penurunan tingkat kebahagiaan pada anak perempuan lebih besar. Survei menemukan fakta bahwa anak perempuan lebih banyak menggunakan media sosial daripada anak laki-laki.
Dilaporkan bahwa anak perempuan yang mulai menggunakan media sosial di usia 10 tahun cenderung tidak bahagia saat mereka memasuki masa remaja. Anak perempuan yang mulai pada umur 10 tahun menghabiskan waktu satu jam atau lebih menggunakan media sosial berakibat penurunan tingkat kebahagiaan pada umur 15 tahun.
Survei menemukan ketika mereka berumur 13 tahun setengah dari anak perempuan yang disurvei menggunakan media sosial lebih dari satu jam setiap hari pada hari sekolah (Senin-Jumat). Sedangkan anak laki-laki hanya sepertiga dari yang disurvei memakai media sosial lebih dari satu jam pada hari sekolah.
Survei juga menemukan sekitar 59 persen anak perempuan yang disurvei berinteraksi di media sosial selama satu jam atau lebih setiap hari sedangkan anak laki-laki hanya 46 persen.
Banyak alasan anak laki-laki dan perempuan memanfaatkan media sosial pada usia dini. Misalnya, mencari teman sehobi. Manfaatnya juga ada, seperti meluskan pergaulan dan mengasah kemampuan berkomuikasi.
Namun, di balik manaat ada juga mudaratnya. Misalnya, mereka berhadapan dengan konten dewasa dan orang-orang dewasa yang menyamar jadi anak-anak. Selain itu anak-anak pun bisa jadi korban perundungan (bullying), bahkan korban kejahatan seksual.
Maka, amatlah bijak kalau mengikuti saran Dr Cara Brooker, salah satu anggota tim peneliti, yang mengatakan, "Temuan kami menunjukkan bahwa penting untuk memantau interaksi awal dengan media sosial, terutama pada anak perempuan, karena hal ini dapat berdampak pada kesejahteraan di masa remaja dan mungkin sepanjang masa dewasa." *
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H