Mohon tunggu...
Syaiful W. HARAHAP
Syaiful W. HARAHAP Mohon Tunggu... Blogger - Peminat masalah sosial kemasyarakatan dan pemerhati berita HIV/AIDS

Aktivis LSM (media watch), peminat masalah sosial kemasyarakatan, dan pemerhati (berita) HIV/AIDS

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Ketika Zina Jadi Delik Umum, HIV/AIDS (Akan) Merebak di Kalangan Menengah-Atas

17 Februari 2018   08:48 Diperbarui: 17 Februari 2018   09:30 754
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi (Sumber: The Telegraph)

Sepintas hal itu tidak bermakna. Tapi, realitas sosial menunjukkan lain. Kasus-kasus HIV/AIDS di daerah itu justru banyak terdeteksi di kalangan menengah ke atas. Ini terjadi karena praktek transaksi seks di hotel tidak diintervensi berupa anjuran kepada PSK untuk memaksa laki-laki memakai kondom ketika melakukan hubungan seksual. Sedangkan di lokasi pelacuran ada aktivis yang mempromosikan 'seks aman' sehingga insiden infeksi HIV baru terjaga.

intervensi-th-psk-5a878acccaf7db6b5a1a18a3.jpg
intervensi-th-psk-5a878acccaf7db6b5a1a18a3.jpg
Seks Aman

"Pak, Pak ....," teriak seorang perempuan di lokasi pelacuran tadi kepada penulis yang mengunjungi tempat itu sebagai studi lapangan untuk wartawan yang mengikuti pelatihan penulisan berita HIV/AIDS (2007).

"Bapak 'kan wartawan. Tolong, dong, tulis perlakuan kepada kami," kata perempuan setengah baya yang mengaku berasal dari ujung timur Pulau Jawa.

Perlakuan bagimana? "Ya, kami dipaksa di sini sedangkan cewek ... (menyebut nama kota di utara Indonesia tengah) boleh di hotel di kota," kata perempuan itu dengan memelas.

Di satu sisi mereka dirugikan karena hanya melayani laki-laki berkantong tipis, tapi di sisi lain mereka lebih aman karena ada intervensi untuk menerapkan 'seks aman'. Kasus infeksi menular seksual (IMS, seperti sifilis, GO, klamidia, dll.) serta HIV/AIDS bisa ditekan di lokasi ini yang tentu saja menguntungkan PSK dan laki-laki 'hidung belang' yang pada gilirannya menghambat penyebaran IMS dan HIV/AIDS ke masyarakat.

Sebaliknya, transaksi seks yang melibatkan PSK langsung dan PSK tidak langsung di hotel-hotel dan apartemen yang bebas razia berjalan tanpa intervensi sehingga ada risiko penyebaran IMS atau HIV/AIDS atau dua-duanya sekaligus dari laki-laki ke PSK dan sebaliknya dari PSK ke laki-laki.

Risiko bagi kalangan atas juga terjadi melalui transaksi seks dengan cewek gratifikasi seks karena ada anggapan cewek-cewek itu bukan PSK. Memang, mereka bukan PSK langsung tapi dalam prakteknya mereka termasuk PSK tidak langsung sehingga termaduk perempuan yang berisiko tinggi tertular dan menularkan HIV.

 Laki-laki yang menularkan HIV ke PSK dan laki-laki yang tertular HIV dari PSK jadi mata rantai penyebaran HIV di masyarakat, terutama melalui hubungan seksual tanpa kondom di dalam dan di luar nikah sebagai 'bom waktu' yang kelak bermuara pada 'ledakan AIDS'. *

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun