Tahun depan (2018) akan dilangsungkan Asian Games di Jakarta dan Palembang. Adalah hal yang nyaris mustahil berharap Indonesia jadi juara umum. Jika atletik dan renang tidak diandalkan, maka perolehan medali emas sangat sulit diharapkan dari cabang-cabang lain. Bulu tangkis, misalnya, saingan berat Indonesia datang dari Korsel, Jepang, Cina, Hong Kong, Taiwan, India, Singapura, Thailand dan Malaysia.
Sudah saatnya cara berpikir pengembangan olahraga diubah. Celakanya, lapangan untuk atletik di sekolah tidak ada lagi. Murid-murid SD, SMP dan SMA/SMK akan sulit dapat lapangan untuk latihan lempar lembing dan tolak peluru. Di lingkungan sekolah pun jarang ada lapangan untuk lompat tinggi dan lompat jauh. Begitu juga dengan berenang murid-murid sekolah harus ke satu tempat yang jauh dari rumah mereka.
Indonesia luas, tapi lapangan olahraga yang kecil pun tidak ada di setiap sekolah. Ini 'kan dari paradoks. Sementara di negara-negara kecil, seperti di Eropa Barat, lapangan sepak bola banyak. Maka, tidaklah mengherankan kalau pernah terjadi pelatih balap sepeda asal Belanda memutus kontrak karena bagi dia tidak masuk akal kalau atlet balap sepeda hanya naik sepeda saat latihan saja.
Selama pandangan terhadap olahraga hanya bertumpu pada bulu tangkis dan sepak bola, maka selama itu pula Indonesia akan terus terpuruk di kancang olahraga dunia. *
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H